Jakarta|EGINDO.co Kementerian Investasi dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan peningkatan investasi sebesar 143 persen agar dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2029. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Dedi Latip, menjelaskan bahwa total Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 13.032 triliun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut.
Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 143 persen dibandingkan dengan realisasi investasi selama 10 tahun terakhir, yang menandakan besarnya target dan harapan yang harus dicapai. Untuk mencapai target investasi tersebut, terdapat beberapa sektor yang menawarkan peluang investasi di Indonesia, antara lain:
-
Hilirisasi Sumber Daya Alam: Indonesia dikenal sebagai produsen global untuk nikel, minyak sawit, karet, dan ikan. Selain itu, Indonesia juga merupakan produsen timah kedua, bauksit keenam, dan rumput laut kedua di dunia. Peta jalan industri hilir untuk 28 komoditas strategis diperkirakan memiliki potensi nilai investasi sebesar 618 miliar dolar AS hingga 2040.
-
Energi Baru dan Terbarukan: Potensi energi terbarukan Indonesia mencapai sekitar 3.700 gigawatt (GW), terdiri dari energi surya (3.294 GW), angin (155 GW), hidro (95 GW), tidal (63 GW), bioenergi (57 GW), dan panas bumi (23 GW). Namun, kapasitas terpasang saat ini baru mencapai sekitar 14 GW, atau kurang dari 1 persen dari potensi yang ada.
-
Ketahanan Pangan: Pada tahun 2023, Indonesia menempati posisi keenam dalam pendapatan pasar makanan terbesar di dunia, dengan nilai mencapai 233 miliar dolar AS. Mega proyek yang sedang berlangsung di sektor ini antara lain adalah perkebunan padi, industri gula, dan industri bioetanol di Papua Selatan.
-
Kesehatan: Indonesia diproyeksikan mengalami pertumbuhan sektor kesehatan yang signifikan, dengan pengeluaran kesehatan diperkirakan meningkat dari 49 miliar dolar AS pada 2024 menjadi 78 miliar dolar AS pada 2030. Hal ini membuka peluang investasi di bidang farmasi dan alat kesehatan, mengingat adanya defisit dalam pasokan bahan farmasi aktif dan alat kesehatan.
-
Pendidikan: Indonesia menawarkan insentif super tax deduction untuk investasi dalam kegiatan pelatihan vokasi, serta mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di bidang pendidikan. Tiga model Investasi Langsung Asing (FDI) di perguruan tinggi juga telah tersedia.
-
Ekonomi Digital: Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai 130 miliar dolar AS pada 2025, yang berkontribusi sekitar 44 persen dari total ekonomi digital Asia Tenggara. Pada tahun 2030, diperkirakan angka tersebut akan mencapai 360 miliar dolar AS, memberikan peluang besar di sektor ini, terutama dalam pengembangan pusat data.
-
Semikonduktor: Potensi pengembangan ekosistem semikonduktor di Indonesia mencakup sektor pertambangan, pengolahan, pembuatan wafer, hingga fabrikasi semikonduktor. Permintaan dari industri elektronik dan otomotif domestik, serta pasar global, turut mendorong peluang investasi di sektor ini.
-
Ibu Kota Nusantara (IKN): Proyek pembangunan IKN menawarkan peluang investasi di berbagai sektor, seperti perumahan, komersial, pendidikan, transportasi, rumah sakit, telekomunikasi, energi terbarukan, hotel, dan pariwisata. Pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif, termasuk pemberian tax holiday hingga 30 tahun dan hak guna usaha (HGU) selama 95 tahun bagi investor yang berinvestasi di IKN.
-
Industri Manufaktur Berorientasi Ekspor: Dengan sumber daya alam yang melimpah, pasar domestik yang besar, lokasi yang strategis, dan infrastruktur yang mendukung, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat manufaktur regional.
Peluang-peluang investasi ini diharapkan dapat mendorong tercapainya target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029 melalui peningkatan investasi yang signifikan di sektor-sektor strategis.
Sumber: Tribunnews.com/Sn