Jakarta | EGINDO.co – Prinsip 3R – Kurangi, Gunakan Kembali, dan Daur Ulang seharusnya sudah menjadi mantra yang familiar saat ini dan sudah tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari. Dibagian kedua dari seri Sampah, kami akan menyoroti bagaimana beberapa individu kreatif melihat nilai dari apa yang dianggap “sampah” dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih menguntungkan dengan menciptakan peluang bisnis bagi diri mereka sendiri.
Demikan dalam laman resmi Asia Pulp and Paper (APP) Sinarmas yang dikutip EGINDO.co dan disebutkan seiring dengan semakin banyaknya orang yang ingin menjalani kehidupan yang lebih berkelanjutan, salah satu bidang yang menjadi fokusnya adalah pengelolaan sampah. Meskipun ada banyak cara untuk mengelola sampah, beberapa individu kreatif telah mengambil langkah lebih jauh, memanfaatkan sampah dan menggunakannya dalam bisnis mereka. Apa yang dulunya dibuang sebagai sampah kini menawarkan peluang yang menjanjikan untuk melindungi lingkungan dan menghasilkan pendapatan.
Kemudian masih dalam laman resmi APP itu disbutkan beberapa kisah sukses Program Inkubasi Bisnis APP yakni mulai dari daun palem hingga piring. Lenirawati Susila Fitri, pemilik usaha kerajinan “Pirlisae” memperoleh penghasilan yang menguntungkan dengan mengumpulkan sisa-sisa daun palem untuk dijadikan piring dan kerajinan tangan.

Lenirawati menemukan ketertarikannya membuat piring dari daun palem pada tahun 2014 melalui kursus singkat selama tiga hari dan memperoleh keterampilan barunya hanya dalam 2 jam. Sejak itu, dia mengubahnya menjadi bisnisnya sendiri.
Pada tahun 2023, ia memperluas usahanya setelah mengikuti program Inkubasi Bisnis APP, di mana ia memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang cara mengembangkan bisnisnya. Sejak saat itu, pekerjaan tersebut menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi rumah tangganya, “menghasilkan sekitar Rp 3-4 juta (US$200-260) per bulan,” menurut perkiraan Lenirawati. Hal ini sangat bermanfaat bagi dia dan keluarganya, mengingat rendahnya harga bahan baku yang dibutuhkan untuk kerajinan tersebut.
“Pelapa sawit dijual dengan harga Rp 5.000 hingga 10.000 (US$0,35-0,70) per karung,” ujarnya. “Daunnya kebanyakan dibuang sebagai sampah, tapi saya bisa mengubahnya menjadi harta karun.”
Produk-produk unik itu populer di kalangan reseller yang memiliki pembeli di seluruh Indonesia, dan keahlian Lenirawati sangat dicari karena ia diminta untuk menunjukkan keahliannya di kelas seni dan kerajinan di sekolah setempat.
Kemudian camilan manis dari ampas kopi. Lenirawati bukan satu-satunya orang yang mendambakan “harta karun”. Ada Mariana, pendiri Liberina sebuah usaha kecil yang khusus membuat camilan dan kue lezat secara kreatif memanfaatkan ampas kopi. Dia memasukkan ampas kopi ke dalam dodol, memperkenalkan suguhan unik dan inovatif kepada pelanggannya.
Terinspirasi dari resep dodol buatan ibunya, toffee nira tradisional, Mariana memulai perjalanan kuliner untuk memasukkan kekayaan cita rasa daerahnya ke dalam kreasinya, termasuk nanas, palem, dan kopi. Secara khusus, ia memutuskan untuk memberikan penekanan khusus pada keunikan kopi.
Produk-produk unik ini populer di kalangan reseller yang memiliki pembeli di seluruh Indonesia, dan keahlian Lenirawati sangat dicari karena ia diminta untuk menunjukkan keahliannya di kelas seni dan kerajinan di sekolah setempat.
Berbekal ambisi, ia mengikuti Program Inkubasi Bisnis untuk memamerkan produknya. Meskipun Mariana menghadapi beberapa tantangan selama program empat bulan tersebut, dia terus berusaha dan fokus untuk meningkatkan suguhan uniknya. Dodolnya memulai debutnya di toko suvenir dan bazar universitas, dan penambahan kopi Liberika ke dalam dodol tradisional yang belum pernah terjadi sebelumnya membuatnya mendapatkan pengikut setia.
Seperti kata pepatah, sampah seseorang bisa menjadi harta bagi orang lain! Lenirawati dan Mariana adalah pembuat perubahan di bidang pengelolaan sampah, dan kisah mereka menjadi bukti kekuatan inovasi dan kewirausahaan dalam mendorong perubahan positif. Dengan dedikasi dan kreativitas mereka yang tak tergoyahkan, mereka tidak hanya mengubah sampah menjadi komoditas yang berharga namun juga mendorong orang lain untuk memiliki perspektif berbeda terhadap sampah.@
Bs/fd/timEGINDO.co