Inggris Tempati Posisi Teratas Di Eropa Untuk Startup GenAI

Artificial Intelligence (AI) - Kecerdasan Buatan
Artificial Intelligence (AI) - Kecerdasan Buatan

Stockholm | EGINDO.co – Inggris Raya merupakan negara dengan jumlah perusahaan rintisan AI generatif (GenAI) terbesar di seluruh Eropa dan Israel, diikuti oleh Jerman dan Israel, menurut sebuah studi oleh perusahaan modal ventura Accel.

Accel menganalisis 221 perusahaan rintisan GenAI dan menemukan bahwa 30 persen didirikan di Inggris Raya, 14 persen di Jerman, dan 13 persen di Israel, dengan Prancis sebagai rumah bagi 11 persen dan Belanda 6 persen.

GenAI adalah kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan teks, gambar, video, atau data lainnya, berdasarkan model yang dikembangkan menggunakan sejumlah besar informasi.

Universitas-universitas terbaik di Inggris, rekam jejaknya dalam membentuk perusahaan AI Deepmind pada tahun 2010, dan investasi dari raksasa teknologi AS di negara tersebut semuanya telah membantu memperkuat statusnya dalam bidang AI.

Baca Juga :  Cuti Bersama PNS Tak Dipotong, Swasta Dipotong Cuti Tahunan

Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan GenAI yang didirikan di Prancis memimpin dalam penggalangan dana, menarik $2,29 miliar, diikuti oleh Inggris Raya dengan $1,15 miliar, kata Accel.

Mistral yang berkantor pusat di Paris, yang secara luas dianggap sebagai pesaing OpenAI di Eropa, minggu lalu mengumpulkan 600 juta euro ($644 juta) dengan valuasi 5,8 miliar euro.

Pada tahun 2023, perusahaan rintisan GenAI secara global mengumpulkan lebih dari $25 miliar dalam pendanaan dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar $45 miliar tahun ini, kata Accel.

“Ketika mencermati lebih dalam asal-usul perusahaan-perusahaan ini, kami mulai melihat di mana pusat bakat GenAI utama berada di wilayah tersebut dan jalur umum yang diambil para pendiri,” kata mitra Accel Harry Nelis.

Baca Juga :  Saham Asia Melemah, Emas Melonjak Karena Minyak Tergelincir

Seperempat dari perusahaan rintisan tersebut memiliki setidaknya satu pendiri yang pernah bekerja di Alphabet, Apple, Amazon, DeepMind, Meta, atau Microsoft, dan lebih dari sepertiganya pernah menduduki jabatan di lembaga akademis, katanya.

Seperempat dari pendiri tersebut menempuh pendidikan di universitas-universitas Inggris seperti University of Cambridge, Imperial College London, University College London, dan Oxford University, kata Accel.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top