Indonesia Perpanjang Impor Gandum AS Hingga 2030, Nilai Transaksi Tembus Rp20 Triliun

Ilustrasi ladang gandum
Ilustrasi ladang gandum

Jakarta|EGINDO.co  Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) memastikan kelanjutan impor gandum dari Amerika Serikat (AS) sebesar 1 juta metrik ton per tahun hingga 2030. Kesepakatan tersebut menjadi bagian dari kerja sama jangka panjang antara Indonesia dan AS dalam menjaga pasokan bahan baku industri tepung nasional.

Direktur Eksekutif Aptindo, Ratna Sari Loppies, menjelaskan bahwa pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan US Wheat Associates. “Kami telah menyepakati pembelian gandum dari AS sebanyak 1 juta ton per tahun mulai 2026 sampai 2030. Nilai total kerja sama ini mencapai US$250 juta per tahun,” ujar Ratna saat diwawancarai pada Kamis (10/7/2025).

Dengan demikian, nilai kumulatif pembelian gandum selama lima tahun mendatang akan menembus US$1,25 miliar, atau sekitar Rp20,2 triliun jika menggunakan asumsi kurs Rp16.216 per dolar AS.

Tren Impor dan Diversifikasi Asal Negara

Data dari Aptindo menunjukkan bahwa impor gandum dari AS ke Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar 692.882 ton. Sementara itu, hingga April 2025, volume impor sudah mencapai 167.862 ton atau sekitar 4,5 persen dari total impor nasional tahun ini.

Ratna mengakui bahwa volume impor dari AS sempat mengalami penurunan signifikan sejak 2020. “Impor dari AS memang menurun karena adanya gangguan panen beberapa tahun terakhir. Tapi kami tetap menjalin komitmen pembelian, terlebih hal ini mendukung proses negosiasi tarif dagang dengan pemerintah AS,” tuturnya.

Sebagai catatan, pada tahun 2020, Indonesia sempat mengimpor 1,27 juta ton gandum dari AS. Namun pada tahun berikutnya turun drastis menjadi 457.682 ton dan terus menurun akibat pasokan yang terganggu.

Meski begitu, Australia masih menjadi pemasok utama gandum ke Indonesia. Menurut catatan Kompas.com, Indonesia mengimpor lebih dari 3 juta ton gandum dari Australia pada 2024, dengan volume mencapai 1,5 juta ton hanya dalam empat bulan pertama tahun 2025. Kedekatan geografis serta biaya pengangkutan yang lebih rendah membuat gandum asal Australia tetap dominan di pasar domestik.

Bagian dari Strategi Perdagangan RI-AS

Langkah Aptindo ini turut memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan perdagangan dengan Amerika Serikat, khususnya terkait pengurangan tarif resiprokal sebesar 32% terhadap beberapa komoditas ekspor RI, seperti produk tekstil dan alas kaki.

Dilansir dari Kontan.co.id, pemerintah Indonesia tengah mengintensifkan dialog dagang dengan AS untuk memperluas akses pasar produk domestik. Dalam konteks ini, peningkatan pembelian gandum dari AS menjadi salah satu poin yang diajukan untuk memperkuat posisi tawar Indonesia.

“Walau kami sudah biasa ambil gandum dari AS, kami tetap komitmen menjaga volume impor sebagai bagian dari dukungan kami terhadap diplomasi dagang pemerintah,” pungkas Ratna.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Scroll to Top