Jakarta | EGINDO.co – Indonesia bersiap menghadapi wabah COVID-19 yang semakin parah setelah peningkatan kasus yang bertambah, menteri senior RI Luhut Pandjaitan mengatakan pada Kamis (15/07), dan memperingatkan bahwa infeksi varian Delta yang lebih ganas telah menyebar lebih cepat daripada yang diantisipasi.
Mengutip Reuter Kamis (15/07), negara terpadat keempat di dunia ini tengah berusaha untuk memperlambat penularan virus bahkan setelah memberlakukan pembatasan mobilitas terberatnya sejauh ini.
Angka lebih dari 54.000 kasus pada hari Rabu adalah yang terbaru dari banyak tingkat puncak dalam sebulan terakhir, dan naik lebih dari sepuluh kali lipat pada jumlah infeksi di awal Juni.
Dalam konferensi pers streaming, menteri senior Luhut Pandjaitan mengatakan kasus COVID-19 harian masih bisa naik karena varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, memiliki masa inkubasi dua hingga tiga minggu.
“Kita sudah dalam skenario terburuk,” pungkas Luhut.
“Kalau kita bicara sekitar 60.000 (kasus sehari) atau sedikit lebih dari itu, kita baik-baik saja. Kita berharap tidak sampai 100.000, tetapi walaupun sampai di sana, kita tengah bersiap untuk itu,” tambahnya.
Pemerintah telah mengubah beberapa gedung menjadi fasilitas isolasi, mengerahkan dokter dan perawat baru untuk merawat pasien COVID-19 dan mengimpor obat-obatan perawatan dan oksigen, katanya.
Rumah sakit di Pulau Jawa terpadat di Indonesia telah dibanjiri dalam beberapa pekan terakhir. Banyak orang pun kesulitan mendapatkan perawatan dan ratusan orang meninggal saat mengisolasi diri.
Kasus dan tingkat rawat inap juga telah meningkat di beberapa bagian Sumatera dan Kalimantan dan daerah yang lebih terpencil seperti Papua Barat, di mana fasilitas kesehatan kurang siap untuk menangani wabah.
Pemerintah sedang menganalisis situasi dan akan memutuskan apakah akan memperpanjang pembatasan darurat virus corona saat ini yang akan berakhir pada 20 Juli, katanya.
Dalam pernyataan terpisah, gugus tugas COVID-19 negara imengatakan kepatuhan terhadap protokol kesehatan masih rendah meskipun ada pembatasan mobilitas.
Sumber : Investing.com/SL