Indonesia Bahas Pemanfaatan Perjanjian Dagang Indonesia – Korsel di Peru

Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan, Inkyo Cheong di Arequipa, Peru
Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan, Inkyo Cheong di Arequipa, Peru

Jakarta | EGINDO.co – Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan terus mendorong pemanfaatan perjanjian dagang antara Indonesia dan Korea Selatan agar semakin maksimal. Menurutnya, perjanjian dagang yang dimiliki saat ini, yaitu Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia—Korea Selatan (IK—CEPA), Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh ASEAN—Korea Selatan (AKFTA), dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), telah memberi momentum untuk meningkatkan nilai perdagangan. Kedua perjanjian ini adalah instrumen kerja sama untuk meningkatkan nilai perdagangan Indonesia dan Korea Selatan baik secara bilateral maupun multilateral.

Pernyataan ini disampaikan Mendag Zulkifli Hasan dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan Inkyo Cheong di Arequipa, Peru pada Sabtu, (18/5/2024). Pertemuan dilakukan di sela Pertemuan Menteri Perdagangan Asia—Pasific Economic Cooperation (APEC) di Arequipa, Peru pada 17—18 Mei 2024. Hadir mendampingi Mendag Zulkifli Hasan, yakni Duta Besar RI untuk Peru Ricky Suhendar dan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan internasional Kementerian Perdagangan RI Djatmiko Bris Witjaksono.

Baca Juga :  Rusia Dan China Harus Memimpin Reformasi Tata Kelola Global

“Korea Selatan merupakan mitra dagang penting Indonesia. Kedua negara mempunyai perjanjian dagang seperti IK—CEPA, AKFTA, dan RCEP. Artinya, kedua negara mempunyai segala persyaratan untuk meningkatkan nilai perdagangan dan investasi. Tidak ada hambatan bagi perdagangan kedua negara,” ujar Mendag Zulkifli Hasan dalam siaran pers Kemendag yang dilansir EGINDO.co

Mendag Zulkifli Hasan menyampaikan, Indonesia mendorong peningkatan pemanfaatan IK—CEPA yang dapat memberikan komitmen akses pasar lebih baik dibandingkan dengan perjanjian perdagangan regional. Mendag Zulkifli Hasan juga meminta Korea Selatan untuk memberikan dukungannya terhadap proses aksesi Indonesia ke Economic Cooperation and Development (OECD) selama Ministerial Council Meeting (MCM) OECD. Ia mengatakan, aksesi Indonesia ke OECD tidak hanya akan mendukung agenda pembangunan nasional, tapi juga berkontribusi terhadap tujuan OECD untuk meningkatkan kerja sama dan kesejahteraan ekonomi global.

Baca Juga :  Presiden Joko Widodo Pantau Vaksinasi Di 17 Provinsi

Sementara itu, di sektor pengembangan mobil listrik, Mendag Zulkifli Hasan mengapresiasi investasi Korea Selatan di Indonesia dan menginginkan peningkatan investasi sehingga Indonesia dapat menjadi pusat pabrikan mobil listrik Korea yang memiliki kapasitas ekspor hingga ke Timur Tengah.

Korea Selatan menempati peringkat ke-8 sebagai negara tujuan ekspor dan peringkat ke-6 sebagai negara asal impor bagi Indonesia. Pada periode Januari—Maret 2024, total perdagangan kedua negara mencapai USD 5,1 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat USD 2,7 miliar sedangkan impor Indonesia dari Korea Selatan tercatat USD 2,4 miliar sehingga Indonesia surplus USD 0,2 miliar.

Sementara itu, pada 2023, total perdagangan kedua negara mencapai USD 20,8 miliar dengan nilai ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar USD 10,3 miliar, sedangkan impor Indonesia dari Korea Selatan tercatat USD 10,5 miliar. Komoditas ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan di antaranya batu bara, gas petroleum, bijih tembaga, monitor dan proyektor, serta asam lemak. Sedangkan, impor utama Indonesia dari Korea Selatan di antaranya minyak petroleum, sirkuit terpadu elektronik, mobil dan kendaraan bermotor lainnya, pembakar tungku untuk bahan bakar cair, serta karet sintetis dan faktis yang diperoleh dari minyak.@

Baca Juga :  KKP Program Kampung Nelayan Maju Bakal Tarik Banyak Investor

Rel/fd/timEGINDO.co

 

Bagikan :
Scroll to Top