IMF Soroti Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Ekonomi Global

Logo The International Monetary Fund (IMF)
Logo The International Monetary Fund (IMF)

Jakarta|EGINDO.co Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan tanggapan terkait kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF, Gita Gopinath, menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk melakukan analisis yang tepat mengenai dampak kenaikan tarif AS terhadap negara-negara lain. Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang dikutip dari Reuters pada Jumat (7/2/2025).

Gopinath menegaskan bahwa setiap negara memiliki kepentingan untuk bekerja sama dalam mengatasi perbedaan serta memastikan lingkungan yang kondusif bagi perdagangan internasional. IMF juga terus memantau perkembangan kebijakan ekonomi AS, termasuk penghentian bantuan luar negeri oleh pemerintahan Trump. Lembaga ini telah berulang kali memperingatkan bahwa kebijakan proteksionis, pembatasan perdagangan, dan meningkatnya ketidakpastian dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global.

Sementara itu, Juru Bicara IMF, Julie Kozack, menuturkan bahwa dampak dari kebijakan tarif AS yang telah diumumkan akan bergantung pada respons negara-negara lain, reaksi konsumen, serta perkembangan perdagangan global. Kozack menegaskan bahwa IMF akan terus menjalankan mandatnya sebagai lembaga global dan bertanggung jawab dalam melayani seluruh anggotanya.

Dalam laporan terbaru, IMF meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2025 sebesar 0,1 poin persentase menjadi 3,3%. Pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan sebelumnya mengimbangi revisi ke bawah pada Jerman, Prancis, dan negara-negara ekonomi besar lainnya. Kendati demikian, pertumbuhan global masih berada di bawah rata-rata historis 3,7% yang terjadi pada periode 2000-2019.

IMF juga mengingatkan bahwa kebijakan sepihak, seperti kenaikan tarif, hambatan non-tarif, atau subsidi, dapat merugikan mitra dagang dan berisiko memicu tindakan balasan. Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, dalam sebuah blog menegaskan bahwa kebijakan proteksionis jarang memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian suatu negara dan justru dapat memperburuk kondisi ekonomi secara keseluruhan.

Sejak menjabat, Presiden Trump telah mengumumkan penerapan tarif sebesar 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada, meskipun penerapannya ditunda hingga 1 Maret. Selain itu, tarif sebesar 10% terhadap produk impor dari China telah mulai diberlakukan sejak 4 Februari. Sebagai respons, China menyatakan akan menerapkan kebijakan penyesuaian tarifnya sendiri yang dijadwalkan berlaku mulai 10 Februari.

IMF merekomendasikan agar AS berfokus pada upaya pengurangan defisit dan deregulasi, yang sejalan dengan agenda ekonomi Trump. Namun, teguran IMF terhadap kebijakan proteksionis AS diperkirakan tidak akan diterima dengan baik oleh pemerintahan Trump, yang tengah berupaya mengurangi ketergantungan pada pajak penghasilan dan menggantinya dengan sumber pendapatan eksternal seperti tarif perdagangan.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Scroll to Top