IMF Peringatkan Tarif Balasan Asia Bisa Merusak Pertumbuhan Ekonomi

The International Monetary Fund (IMF)
The International Monetary Fund (IMF)

Cebu, Filipina | EGINDO.co – Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pada hari Selasa bahwa tarif “balas dendam” dapat merusak prospek ekonomi Asia, meningkatkan biaya, dan mengganggu rantai pasokan meskipun diperkirakan kawasan tersebut akan tetap menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi global.

“Tarif balasan balasan mengancam akan mengganggu prospek pertumbuhan di seluruh kawasan, yang mengarah pada rantai pasokan yang lebih panjang dan kurang efisien,” kata Direktur IMF Asia-Pasifik Krishna Srinivasan dalam sebuah forum di Cebu tentang risiko sistemik.

Pernyataan Srinivasan muncul di tengah kekhawatiran atas rencana Presiden terpilih AS Donald Trump untuk mengenakan tarif 60 persen pada barang-barang China dan setidaknya pungutan 10 persen pada semua impor lainnya.

Baca Juga :  IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia hingga 2029 Stagnan 5,1%, Target Indonesia 8%

Tarif dapat menghambat perdagangan global, menghambat pertumbuhan di negara-negara pengekspor, dan berpotensi meningkatkan inflasi di Amerika Serikat, yang memaksa Federal Reserve AS untuk memperketat kebijakan moneter, meskipun prospek pertumbuhan global yang kurang menggembirakan.

Pada bulan Oktober, Uni Eropa juga memutuskan untuk menaikkan tarif kendaraan listrik buatan Tiongkok hingga 45,3 persen, yang memicu tindakan balasan dari Beijing.

Prospek Ekonomi Dunia terbaru IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,2 persen untuk tahun 2024 dan 2025, lebih lemah dari proyeksi yang lebih optimis untuk Asia, yang berada di angka 4,6 persen untuk tahun ini dan 4,4 persen untuk tahun depan.

Asia “menyaksikan periode transisi penting”, yang menciptakan ketidakpastian yang lebih besar, termasuk “risiko akut” meningkatnya ketegangan perdagangan di antara mitra dagang utama, kata Srinivasan.

Baca Juga :  Jet Taiwan Bergegas Saat Angkatan Udara China Masuki Zona

Ia menambahkan bahwa ketidakpastian seputar kebijakan moneter di negara-negara maju dan ekspektasi pasar terkait dapat memengaruhi keputusan moneter di Asia, memengaruhi arus modal global, nilai tukar, dan pasar keuangan lainnya.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top