Medan | EGINDO.co – Imbauan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno agar para pengelola destinasi wisata untuk tidak menaikkan harga saat momentum libur lebaran ternyata seperti tidak berlaku di Sumatera Utara (Sumut).
Menurutnya, kenaikan tarif masuk di tempat wisata sebaiknya didiskusikan dan disosialisasikan terlebih dahulu antara pemerintah daerah dan asosiasi wisata. “Ini harus disosialisasikan, harus dirembukkan dengan pemerintah daerah dan asosiasi wisata setempat untuk menentukan harga standar yang pas. Sekarang ekonomi masih dalam situasi yang belum sepenuhnya pulih, jangan kita menaikan tarif yang membebani masyarakat,” kata Sandiaga dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno”, di Kantor Kemenparekraf Jakarta, Senin (10/4/2023) lalu.
Imbauan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar para pengelola destinasi wisata untuk tidak menaikkan harga saat momentum libur lebaran ternyata tidak berlaku di Sumatera Utara pasalnya sejumlah tempat wisata di Sumut umumnya menaikkan tarif dan para pedagang seenaknya menaikkan harga makanan dan minuman dari harga sebelum liburan lebaran.
Banyak media sosial (Medsos) yang memposting tentang mahalnya harga makanan dan minuman di daerah wisata dan daerah-daerah tujuan wisata saat liburan lebaran tahun 2023 ini. Banyak video viral tentang harga makanan dan minuman yang tidak wajar.
Berdasarkan pantauan EGINDO.co pada beberapa daerah tujuan wisata seperti Kabupaten Tapanuli Tengah, Sibolga, Humbang Hasundutan, Tanah Karo, Kabupaten Simalungun umumnya tidak mengindahkan imbauan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Perlakuan para pengelola jasa wisata itu membuat sejumlah wisatawan yang umumnya wisatawan pulang kampung dibuat kecewa dan kesal karena sesungguhnya para wisatawan pulang kampung itu mengetahui harga-harga makanan, minuman dan jasa wisata di daerah tersebut.
Tarif atau harga yang dibuat tidak wajar seperti tarif parkir bisa per mobil Rp25 ribu, harga makanan yang biasanya hanya Rp25 ribu per porsi bisa menjadi Rp60 ribu per porsi. Kondisi itu membuat pengunjung terpukul dan beberapa pengunjung daerah wisata protes dan ada yang viral di media sosial.
“Bagaimana mau maju daerah pariwisata di Sumatera Utara jika harga-harga makanan, minuman dan jasa pariwisata tidak wajar. Harusnya harga standar jikapun hendak dinaikkan boleh sedikit saja jangan sampai lebih dari seratus persen, kan tidak wajar,” kata Mawardi Sihotang (42) seorang pengunjung di pantai Kalangan Pandan Tapanuli Tengah.
Menurutnya Pemerintah daerah (Pemda) menertibkan para pengelola wisata di daerahnya masing-masing. Perlu ada standarisasi harga sehingga pengunjung tidak kecewa dan kesal dimana pada saat liburan lebaran yang berkunjung itu umumnya wisatawan pulang kampung.
“Kita kesal dan kecewa, bisa bisa saat liburan lebaran rumah makan di kota Dolok Sanggul menaikkan harga makanan ciri khasnya seperti daging kuda dengan harga yang tidak seperti biasanya,” kata Ibrahim Simamora yang pulang kampung atau mudik saat lebaran ke Dolok Sanggul.
Diakui Simamora dirinya mengetahui harga makanan yang bahannya dari daging kuda itu karena merupakan putra daerah sehingga membuatnya kecewa dan kesal dengan kelakukan para pengelola penjual panganan ketika liburan tiba.
Menurutnya Pemkab setempat harus menertibkan para pedagang makanan dan minuman saat liburan Lebaran, Natal dan Tahun Baru agar daerah sebagai tujuan wisata dikenang baik dan akan memajukan pariwisata dengan citra yang baik.
Sementara itu sebelum liburan Lebaran tiba Menparekraf memprediksi akan ada beberapa destinasi wisata yang berpotensi banyak diminati wisatawan dan mengalami lonjakan kunjungan tinggi.
“Kami sampaikan kepada pengelola perlu juga memperhatikan kemampuan masyarakat, meskipun dalam momen liburan jangan sampai memberatkan keuangan masyarakat yang ingin berlibur,” kata Menparekraf menandaskan.@
Bs/timEGINDO.co