IHSG Masih Berisiko Turun, Imbas Melemahnya Wall Street

Layar menampilkan pergerakan indeks saham Bursa Efek Indonesia ditampilkan di Galeri Pasar Modal gedung BEI.
Layar menampilkan pergerakan indeks saham Bursa Efek Indonesia ditampilkan di Galeri Pasar Modal gedung BEI.

Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berisiko menurun, Kamis (30/5/2024). Tim Analis BNI Sekuritas menyebutkan, risiko ini muncul akibat melemahnya Wall Street.

IHSG dibuka melemah ke level 7.115 di awal perdagangan hari ini. IHSG juga turun tajam 1,56 persen ke level 7.140 pada penutupan perdagangan Rabu pekan ini.

Tim Analis BNI Sekuritas menyebutkan, penurunan IHSG disertai net sell (jual bersih) asing sebesar Rp1,65 triliun. Saham yang paling banyak dijual asing adalah BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, dan ASII.

Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas Fanny Suherman mengatakan, hari ini, IHSG berpotensi bergerak koreksi terbatas. Penyebabnya, pasar sedang menunggu data Core PCE (indeks belanja personal inti) Amerika Serika hari Jumat nanti.

Baca Juga :  Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO

“Penurunan IHSG juga karena efek dari penurunan bursa Amerika Serikat kemarin. Pergerakan IHSG hari ini, level support 7.080-7.120 dan level resist berada di 7.180-7.240,” kata Fanny dalam analisisnya.​

Bursa Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin tertekan, karena kenaikan imbal hasil obligasi AS. Dow Jones terpangkas 1,06 persen, S&P 500 turun 0,74 persen dan Nasdaq tergelincir 0,58 persen.

“Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun, mengalami kenaikan dua hari terakhir. Terakhir, kenaikannya di atas 4,6 persen,” ucap Fanny.

Pelemahan bursa Amerika Serikat membuat bursa saham Asia Pasifik ikut melemah, Rabu pekan ini. Indeks Nikkei 225 turun 0,77 persen, Hang Seng turun 1,83 persen, dan KOSPI melemah 1,67 persen.

Baca Juga :  Raksasa Wall Street Bergerak Selamatkan First Republic Bank

Indeks ASX 200 turun 1,30 persen, Straits Times turun 0,21 persen, hanya Shanghai Composite naik 0,05 persen. Bursa Asia melemah karena para pedagang menilai ada aksi jual obligasi dan data ekonomi yang beragam.

Fanny menambahkan, komentar pejabat The Fed  juga memicu pelemahan pasar saham. Komentar tersebut membuat pasar mencari petunjuk prospek arah kebijakan moneter dan pemangkasan suku bunga The Fed.

Sumber: rri.co.id/Sn

Bagikan :
Scroll to Top