IHSG Diproyeksikan Melemah pada Hari Pertama Perdagangan Pasca-Libur Lebaran

ilustrasi Suasana Main Hall Bursa Edek Indonesia. Pengunjung bisa memantau langsung pergerakan indeks harga saham dari papan elektronik.
ilustrasi Suasana Main Hall Bursa Edek Indonesia. Pengunjung bisa memantau langsung pergerakan indeks harga saham dari papan elektronik.

Jakarta|EGINDO.co Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali dibuka pada hari ini, Selasa (8/4/2025), setelah libur panjang dalam rangka Hari Raya Idulfitri. Namun demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami pelemahan pada hari pertama perdagangan tersebut.

Sebelum pembukaan perdagangan, pihak BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan konferensi pers terkait Penyesuaian Peraturan Nomor II-A mengenai Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas. Dalam kesempatan tersebut, turut dibahas pula perubahan panduan penanganan kelangsungan perdagangan berdasarkan Surat Keputusan Direksi.

Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, Fanny Suherman, mengungkapkan bahwa menjelang libur Lebaran, IHSG ditutup menguat sebesar 0,59 persen disertai aksi beli bersih (net buy) investor asing sebesar Rp518 miliar. Beberapa saham yang paling banyak dibeli oleh investor asing di antaranya adalah BBRI, BMRI, ASII, BFIN, dan CLEO.

Namun, menurut Fanny, IHSG pada hari ini berpotensi mengalami koreksi akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap konflik perdagangan global. Ia memperkirakan IHSG akan bergerak pada rentang support 6.200–6.400 dan resistance 6.500–6.600.

Sentimen negatif turut datang dari pelemahan bursa saham di Amerika Serikat dan kawasan Asia pada penutupan perdagangan hari Senin. Pasar saham Wall Street mengalami tekanan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan ancaman terkait kebijakan tarif terhadap Tiongkok.

Trump menyatakan akan menaikkan tarif impor dari Tiongkok hingga 50 persen. Sepanjang sesi perdagangan, pelaku pasar berusaha mencari peluang pemulihan di tengah tekanan akibat ketegangan perdagangan.

Indeks Dow Jones ditutup melemah sebesar 0,91 persen, sedangkan S&P 500 terkoreksi 0,23 persen. Sementara itu, Nasdaq Composite mencatat kenaikan tipis 0,10 persen didorong oleh aksi beli pada saham-saham teknologi besar seperti Nvidia dan Palantir.

Pasar sempat merespons positif terhadap rumor di media sosial mengenai kemungkinan penundaan penerapan tarif selama 90 hari. Namun, Gedung Putih segera membantah informasi tersebut dan menyebutnya sebagai “berita palsu”.

Melalui akun Truth Social miliknya, Trump justru kembali menegaskan akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 50 persen terhadap produk Tiongkok mulai 9 April 2025, apabila Pemerintah Tiongkok tidak mencabut kebijakan tarif balasannya yang sebesar 34 persen. Ia bahkan mengancam akan menghentikan seluruh proses negosiasi apabila tuntutannya tidak dipenuhi.

Pernyataan tersebut memperburuk sentimen pasar global. Bursa-bursa utama di kawasan Asia pun turut merosot sejak diumumkannya kebijakan tarif resiprokal oleh Trump terhadap sejumlah negara. Indeks Nikkei 225 di Jepang anjlok sebesar 7,83 persen, sedangkan Topix melemah 7,79 persen.

Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan turun 5,57 persen dan Kosdaq melemah 5,25 persen. Adapun indeks Taiex di Taiwan tercatat merosot hingga 9,7 persen, sehingga memicu penghentian sementara perdagangan.

Menanggapi gejolak pasar tersebut, Trump menyatakan bahwa dirinya tidak secara sengaja mengatur terjadinya aksi jual di bursa saham. Ia menyebut langkah tersebut sebagai “pengobatan yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan”, saat memberikan keterangan kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One.

Sumber: rri.co.id/Sn

Bagikan :
Scroll to Top