IHSG Diprediksi Menguat Seiring Meredanya Ketegangan Global

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami penguatan pada perdagangan pekan ini, yakni periode 10 hingga 13 Juni 2025. Redanya eskalasi ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi salah satu faktor utama yang mendorong sentimen positif di pasar modal.

Analis Ekuitas Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi, menjelaskan bahwa secara teknikal, kinerja IHSG pada pekan lalu membentuk pola hammer, yang mencerminkan toleransi pasar terhadap meningkatnya tensi perang dagang kedua negara tersebut. Pertemuan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang dijadwalkan berlangsung pekan ini dipandang sebagai sentimen positif yang berpotensi mendorong penguatan indeks.

“Maka dari itu, kami memproyeksikan IHSG cenderung akan menguat dengan level resistance di 7.325 dan support di 6.994,” ujar Imam dalam riset yang dirilis pada Senin (9/6/2025).

Dalam riset tersebut, Indo Premier Sekuritas juga memberikan sejumlah rekomendasi saham yang dinilai memiliki prospek positif. Beberapa di antaranya adalah saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), dan PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA).

Untuk saham BBNI, Imam merekomendasikan strategi buy on breakout pada level harga Rp4.450, dengan target kenaikan hingga Rp4.630 dan batasan kerugian (stop loss) di bawah Rp4.360. Menurutnya, BBNI menjadi salah satu emiten yang berpotensi diuntungkan apabila terjadi deeskalasi perang dagang, terlebih lagi BBNI tercatat sebagai saham perbankan dengan arus dana masuk (top inflow) tertinggi pada perdagangan Kamis pekan lalu.

“Secara teknikal, BBNI sedang bergerak dalam tren menyamping (sideways), namun berpotensi membentuk pola cup and handle yang mendukung kemungkinan pembalikan arah tren BBNI dalam jangka menengah,” jelasnya.

Sementara itu, saham RAJA direkomendasikan untuk dibeli pada saat terjadi breakout di level Rp2.710, dengan target harga Rp2.880 dan stop loss di bawah Rp2.630. Emiten ini dinilai memiliki potensi keuntungan dari meningkatnya harga jual minyak yang didorong oleh ketegangan perang dagang.

Adapun saham SSIA disarankan untuk dibeli pada harga Rp1.035, dengan target Rp1.105 dan stop loss apabila harga turun di bawah Rp1.000.

SSIA diperkirakan akan mendapat manfaat dari meredanya ketegangan global, yang dapat meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

“Salah satu emiten yang akan diuntungkan dari kondisi tersebut adalah perusahaan pengelola kawasan industri seperti SSIA,” tambah Imam.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG tercatat melemah sebesar 0,87% sepanjang pekan lalu dan ditutup pada level 7.113,42 pada perdagangan Kamis (5/6/2025).

Meski demikian, secara tahunan (year to date/ytd), IHSG masih mencatatkan penguatan sebesar 0,47% sejak awal tahun 2025. Kapitalisasi pasar bursa juga mengalami penurunan sebesar 0,32% dalam sepekan menjadi Rp12.381 triliun dari sebelumnya Rp12.420 triliun.

Di sisi lain, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp4,7 triliun dalam periode perdagangan 2 hingga 5 Juni 2025.

Sumber: Bisnis.com/Sn

 

Scroll to Top