Jakarta|EGINDO.co Peningkatan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) pada hari Jumat lalu didorong oleh net buy (pembelian bersih) dari investor asing sebesar Rp2,13 triliun. Saham-saham yang paling banyak dibeli oleh investor asing adalah BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, dan BRIS, menurut Fanny.
Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat mengalami tekanan akibat data inflasi yang melambat. Indeks S&P 500 turun 0,41 persen, Nasdaq Composite merosot 0,71 persen, dan Dow Jones Industrial Average turun 0,12 persen.
Laporan dari Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat menunjukkan bahwa inflasi di Amerika Serikat pada bulan Mei melambat secara tahunan. Angka inflasi sebesar 3,3 persen merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir.
Indeks harga belanja personal (PCE) inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi, naik 0,1 persen dari bulan sebelumnya dan 2,6 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, PCE utama, yang mencakup harga makanan dan energi, stabil secara bulanan dan naik 2,6 persen secara tahunan, sesuai dengan estimasi konsensus Dow Jones.
Berbeda dengan bursa saham Wall Street, pasar saham di Asia Pasifik menguat pada hari Jumat. Investor saat itu masih menunggu data inflasi dari Amerika Serikat dan menilai data ekonomi utama dari Jepang.
Inflasi utama di Tokyo tercatat sebesar 2,3 persen pada Juni 2024, meningkat dari 2,2 persen pada tahun sebelumnya. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan segar, naik menjadi 2,1 persen dari 1,9 persen pada Mei 2024.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 0,61 persen dan Topix naik 0,57 persen. Di Korea Selatan, indeks KOSPI naik 0,49 persen dan KOSDAQ naik 0,21 persen. Indeks Hang Seng di Hong Kong naik tipis 0,01 persen, sedangkan ASX 200 di Australia menguat 0,10 persen.
Sumber: rri.co.id/Sn