IHSG Diperkirakan Stagnan dengan Peluang Menguat Terbatas

layar monitor pergerakan beragam indeks saham Bursa Efek Indonesia ditampilkan di Galeri Pasar Modal, gedung BEI, Jakarta.
layar monitor pergerakan beragam indeks saham Bursa Efek Indonesia ditampilkan di Galeri Pasar Modal, gedung BEI, Jakarta.

Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan sebesar 0,76 persen atau bertambah 58 poin, mencapai level 7.761. Kenaikan ini ditopang oleh masuknya dana asing dengan nilai beli bersih sebesar Rp237 miliar. Saham-saham yang paling banyak dibeli oleh investor asing meliputi BBCA, BREN, BBRI, MAPI, dan KLBF.

Meskipun demikian, pergerakan IHSG diprediksi akan bergerak cenderung mendatar (sideways) dengan potensi penguatan yang terbatas, dikarenakan para pelaku pasar sedang menantikan pengumuman data inflasi dari Amerika Serikat yang dijadwalkan pada malam hari. Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, Fanny Suherman, memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang support di 7.670 hingga 7.720, dengan level resistensi di kisaran 7.780 hingga 7.800.

Baca Juga :  IHSG Diperkirakan Menguat Terbatas Awal Pekan Ini

Sementara itu, pasar global menunjukkan hasil yang bervariasi pada penutupan perdagangan Selasa. Di Amerika Serikat, indeks S&P 500 naik 0,45 persen dan Nasdaq Composite menguat 0,84 persen, sementara Dow Jones justru turun 0,23 persen. Pasar Asia-Pasifik juga mencatat pergerakan yang beragam, di mana indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing turun 0,16 persen dan 0,12 persen.

Pergerakan saham domestik juga dipengaruhi oleh pelemahan yen, yang meredakan kekhawatiran terkait pembalikan transaksi carry trade. Carry trade adalah praktik investasi dengan meminjam uang dari negara yang memiliki suku bunga rendah, seperti Jepang, untuk diinvestasikan di negara dengan suku bunga lebih tinggi.

Indeks KOSPI Korea Selatan melemah 0,49 persen dan Taiex Taiwan turun 0,38 persen, sementara Straits Times Index (STI) Singapura naik 0,57 persen dan S&P/ASX 200 Australia menguat 0,30 persen. Penguatan ini sebagian besar didorong oleh prospek stimulus dari China, yang diperkirakan akan meningkatkan harga komoditas. Selanjutnya, data inflasi dan laporan klaim pengangguran dari Amerika Serikat akan menjadi indikator penting bagi kebijakan moneter selanjutnya.

Baca Juga :  IHSG Diperkirakan Terkoreksi setelah Tembus Level 7.400

Sumber: rri.co.id/Sn

Bagikan :
Scroll to Top