Jakarta|EGINDO.co Analis Pasar Modal dari BNI Sekuritas, Fanny Suherman, memperkirakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Selasa (15/4/2025). Hal ini disampaikan setelah IHSG ditutup menguat signifikan sebesar 1,7 persen ke level 6.368,52 pada perdagangan Senin (14/4/2025).
“IHSG hari ini berpotensi kembali terkoreksi, dengan pergerakan pada area support di kisaran 6.200 hingga 6.270. Sementara itu, untuk level resistance berada pada rentang 6.450 hingga 6.500,” jelas Fanny.
Ia menambahkan, hingga penutupan perdagangan kemarin, masih terjadi aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing dengan nilai mencapai Rp623 miliar. Beberapa saham yang paling banyak dilepas investor asing antara lain BMRI, BBNI, GOTO, BBRI, dan ITMG.
Sementara itu, bursa saham di Amerika Serikat dan kawasan Asia menunjukkan penguatan pada perdagangan awal pekan. Tren positif ini juga berlanjut pada pembukaan perdagangan bursa Asia hari ini.
“Indeks saham di Wall Street mengalami kenaikan pada Senin, terutama didorong oleh menguatnya saham-saham teknologi setelah Presiden Trump mengumumkan kebijakan baru. Ia memberikan pengecualian terhadap sejumlah perangkat elektronik dari tarif impor,” ungkap Fanny.
Kebijakan tersebut didasarkan pada pedoman baru yang dirilis oleh Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan Amerika Serikat pada Jumat malam waktu setempat. Dalam pedoman itu disebutkan bahwa barang-barang seperti smartphone, komputer, semikonduktor, serta beberapa komponen teknologi lainnya dikecualikan dari tarif ‘resiprokal’.
Namun demikian, Fanny menegaskan bahwa pengecualian ini bersifat sementara. Presiden Trump bersama Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyatakan bahwa produk-produk tersebut tetap dikenakan tarif, yakni melalui skema baru yang disebut sebagai “Tarif Fentanyl” sebesar 20 persen, hanya saja masuk ke dalam kategori tarif yang berbeda.
Selain itu, Presiden Trump juga telah memulai pembicaraan tarif dengan sejumlah negara seperti Vietnam, India, Korea Selatan, dan Jepang. Menurut Fanny, pemerintah Amerika Serikat kini memprioritaskan kerja sama dengan mitra dagang strategis dalam upaya menghadapi dominasi Tiongkok dalam perdagangan global.
Sumber: rri.co.id/Sn