IHSG Diperkirakan Bergerak Stagnan, Pasar Cermati Data Ekonomi

Pekerja mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia,
Pekerja mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia,

Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak stagnan hari ini. Sebelumnya, IHSG turun 0,17 persen ke level 7.123 pada Selasa (7/5/2024).

Pelemahan  IHSG masih disertai dengan net sell (jual bersih) oleh investor asing sebesar Rp683 miliar. Saham yang paling banyak dijual asing adalah BBRI, BBCA, ASII, AKRA dan JSMR.

“Hari ini IHSG akan cenderung bergerak sideways (stagnan) di kisaran 7.080-7.150. Level support IHSG di kisaran 7.080-7.100, sedangkan level resist berada di 7.150-7.180,” kata  Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas Fanny Suherman dalam analisisnya, Rabu (8/5/2024).

​Berbagai sentimen pasar masih memengaruhi indeks saham, baik di Asia Pasifik maupun Amerika Serikat (Wall Street).  Wall Street terkoreksi dalam penutupan Selasa kemarin.

Baca Juga :  Kapal Induk AS Kunjungi Pelabuhan Yang Langka Di Vietnam

Ini karena investor belum melihat kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunganya tahun ini. Sementara, kebangkitan dolar AS ikut menjadi faktor penekan indeks saham.

Dow Jones naik sebanyak 0,08 persen dan S&P 500 naik 0,13 persen. Sementara, Nasdaq Composite mengalami penurunan sebesar 0,1 persen.

“Ada optimisme Bank Sentral Eropa (ECB) akan memangkas suku bunganya awal bulan depan. Sektor keuangan juga membukukan pendapatan yang optimis, sehingga mengangkat saham-saham di bursa Eropa,” ucap Fanny.

Sejumlah bursa utama Asia dominan menguat, kecuali Hang Seng dan Straits Times yang melemah. Indeks Nikkei 225 melonjak 1,57 persen dan Shanghai Composite naik 0,22 persen.

KOSPI Korea Selatan melesat 2,16 persen dan ASX 200 Australia menguat 1,44 persen. Berbagai data ekonomi di kawasan menjadi perhatian pasar Asia Pasifik.

Baca Juga :  Kapal Perusak AL AS Misi Hak Navigasi Di Laut China Selatan

“Di antaranya data inflasi dari Filipina dan Taiwan serta data Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor jasa Jepang. Cadangan devisa internasional terbaru dari beberapa negara, termasuk Cina, semuanya menjadi sorotan dalam kalender pasar Asia,” ujar Fanny menutup analisisnya.

Sumber: rri.co.id/Sn

Bagikan :
Scroll to Top