Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Jumat, 20 September 2024. Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG kembali mencatatkan rekor tertinggi di level 7.905, dengan kenaikan sebesar 0,97 persen. Penguatan ini diiringi oleh aksi beli bersih (net buy) investor asing yang mencapai Rp1,98 triliun, dengan saham-saham unggulan seperti BBRI, BBCA, BBNI, TLKM, dan ADRO menjadi incaran utama.
Fanny Suherman, Kepala Riset Ritel di BNI Sekuritas, menjelaskan bahwa IHSG hari ini berpeluang untuk kembali menguat, didukung oleh kenaikan bursa saham di Amerika Serikat. Menurutnya, level support IHSG berada di kisaran 7.790 hingga 7.830, sementara level resistance diperkirakan pada rentang 7.920 hingga 7.940. Hal ini memberikan ruang bagi IHSG untuk terus bergerak naik jika didukung oleh sentimen global yang positif.
Penguatan bursa Wall Street menjadi salah satu faktor utama pendorong optimisme pasar. Indeks S&P 500 mencatat kenaikan 1,7 persen, sementara Nasdaq melesat 2,51 persen. Saham-saham berkapitalisasi besar, seperti Tesla, melonjak lebih dari 7 persen, sementara Apple dan Meta Platforms masing-masing mengalami kenaikan hampir 4 persen. Saham Nvidia, yang bergerak di sektor kecerdasan buatan (AI), juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 4 persen.
Selain itu, laporan klaim pengangguran mingguan di Amerika Serikat menunjukkan penurunan sebesar 12 ribu, menjadi 219 ribu, yang jauh di bawah ekspektasi pasar. Data ini memberikan sinyal positif bagi investor, menunjukkan bahwa kondisi tenaga kerja di AS tetap kuat.
Di kawasan Asia-Pasifik, mayoritas bursa saham juga mencatat penguatan. Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin kenaikan dengan pertumbuhan 2,13 persen, disusul oleh Kospi Korea Selatan yang naik 0,21 persen, dan S&P/ASX 200 Australia yang meningkat 0,61 persen. Indeks Straits Times Singapura juga menguat sebesar 0,89 persen.
Lebih lanjut, Otoritas Moneter Hong Kong mengikuti jejak Federal Reserve Amerika Serikat dengan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen. Investor di kawasan Asia akan memperhatikan perkembangan data ekonomi dari Malaysia dan Australia, serta kebijakan bank sentral di wilayah tersebut untuk menentukan arah pasar ke depan.
Sumber: rri.co.id/Sn