IHSG Berupaya Bangkit Lagi, Setelah Anjlok Akhir Pekan

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berupaya bangkit kembali dalam perdagangan hari ini, setelah pada akhir pekan sebelumnya anjlok tajam ke level 7.743, mengalami penurunan sebesar 2,05 persen (162 poin).

Meskipun terjadi koreksi signifikan, investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp687 miliar. Saham-saham yang paling banyak diborong oleh investor asing meliputi BRIS, BBCA, ARTO, PTBA, dan MAPI.

“Pada perdagangan hari ini, IHSG berpotensi mengalami rebound setelah penyesuaian indeks FTSE pada Jumat lalu. Level support IHSG diprediksi berada di kisaran 7.650-7.700, dengan level resistance di rentang 7.800-7.840,” ujar Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, Fanny Suherman, dalam laporannya, Senin (23/9/2024).

Baca Juga :  Menkeu Ungkap, Indonesia Berpotensi Jadi Negara Maju

FTSE sendiri merupakan indeks pasar saham yang mencerminkan kinerja perusahaan-perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar terbesar yang diperdagangkan di Bursa Efek London, dan sering digunakan sebagai tolok ukur kesehatan bisnis secara global.

Di bursa Asia-Pasifik, pasar saham ditutup menguat pada akhir pekan lalu. Sementara di Amerika Serikat, hanya indeks Dow Jones yang mencatatkan kenaikan tipis.

Indeks Dow Jones (DJIA) naik sebesar 0,09 persen, sedangkan S&P 500 turun 0,19 persen, dan Nasdaq Composite melemah 0,36 persen.

Di kawasan Asia-Pasifik, bursa Jepang memimpin penguatan, didorong oleh data inflasi yang meningkat. Indeks harga konsumen inti Jepang naik 2,8 persen secara tahunan, sesuai dengan proyeksi.

Baca Juga :  AS : China Dan Rusia Cari Tatanan Dunia Yang Tidak Liberal

Indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,53 persen, diikuti oleh Topix yang naik 0,97 persen. Sementara itu, S&P/ASX 200 Australia menguat 0,21 persen, Kospi Korea Selatan naik 0,49 persen, dan Hang Seng Hong Kong mencatat kenaikan sebesar 1,36 persen.

“Di Jepang, diperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya, sementara para pelaku pasar menunggu petunjuk terkait kemungkinan kenaikan suku bunga di akhir tahun,” jelas Fanny.

Selain itu, bank sentral Tiongkok (PBOC) diproyeksikan akan menurunkan suku bunga kebijakan utamanya, yang akan memengaruhi pergerakan indeks saham di bursa regional.

Sumber: rri.co.id/Sn

 

Bagikan :
Scroll to Top