IHSG Berpeluang Rebound Saat Mayoritas Bursa Global Lesu

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang rebound (menguat kembali), saat mayoritas bursa global lesu. IHSG sempat turun 11,27 poin atau 0,15 persen ke level 7.283,82, saat penutupan perdagangan Senin kemarin.

Tim Analis dari BNI Sekuritas menyebutkan, penurunan IHSG disertai net sell (jual bersih) oleh asing sebesar Rp913 miliar. Saham yang paling banyak dijual asing adalah BBCA, BMRI, ADRO, TLKM, dan KLBF.

“Hari ini IHSG berpotensi rebound. Level resistance IHSG di  7.300-7.340 dan level support 7.230-7.260,” kata Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas Fanny Suherman, Selasa (27/2/2024).

​Fanny menekankan, pelemahan indeks saham di bursa Indonesia, sejalan dengan indeks bursa global yang mayoritas juga melemah. Indeks Wall Street di Amerika Serikat tumbang di saat para investor menunggu data inflasi utama di Negeri Paman Sam itu.

Baca Juga :  Serangan China Ke Taiwan, Perdagangan Global Akan Terpukul

Indeks S&P 500 jatuh 0,38 persen, Nasdaq Composite turun 0,13 persen, dan Dow Jones terpangkas 0,16 persen. Menurut Fanny, saham-saham tertekan karena imbal hasil surat berharga pemerintah AS yang naik.

“Imbal hasil obligasi AS 10 tahun terakhir naik sekitar satu basis poin menjadi 4,276 persen. Sementara, data penjualan rumah baru pada Januari di bawah perkiraan ekonom, karena suku bunga hipotek tetap tinggi,” ujarnya.

Ia menambahkan, pelaku pasar sedang menantikan data pengeluaran belanja konsumen dan data pengeluaran pribadi (PCE) Kamis pekan ini. Data ini menjadi perhitungan Bank Sentral AS dalam menentukan kebijakan suku bunganya.

Fanny melanjutkan, bursa di kawasan Asia bergerak lebih bervariasi pada Senin kemarin. Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,35 persen, Topix naik 0,59 persen, dan ASX 200 Australia naik 0,12 persen.

Baca Juga :  Ide Mainan Edukasi Anak Di Kala WFH

Sedangkan, katanya, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,54 persen, Shanghai Composite Tiongkok terkoreksi 0,93 persen. Indeks Straits Times Singapura juga  terdepresiasi 0,43 persen, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,77 persen.

“Investor sedang fokus pada sejumlah data ekonomi yang dirilis pada pekan ini, yakni data aktivitas manufaktur Tiongkok. Termasuk indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) Amerika Serikat yang merupakan ukuran inflasi pilihan bank sentral AS,” ucapnya.

Sumber: rri.co.id/Sn

Bagikan :
Scroll to Top