Jakarta|EGINDO.co Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) resmi mengakui palm oil mill effluent (POME) sebagai salah satu bahan baku berkelanjutan untuk produksi sustainable aviation fuel (SAF). Keputusan ini menjadi angin segar bagi Indonesia, yang selama bertahun-tahun mendorong pemanfaatan limbah sawit sebagai sumber energi rendah emisi untuk sektor penerbangan.
Pengakuan tersebut sekaligus membuka lembaran baru bagi industri bioavtur nasional. POME, yang merupakan limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit, kini memperoleh legitimasi global sebagai bahan baku yang mampu menghasilkan jejak karbon sangat rendah—sebuah terobosan penting bagi percepatan transisi energi bersih.
Lukman, perwakilan Indonesia, menyampaikan bahwa langkah ICAO ini menjadi batu pijakan strategis bagi percepatan pengembangan SAF dalam negeri. Ia menekankan bahwa SAF berbasis POME menawarkan efisiensi emisi yang luar biasa signifikan.
“Dengan pengakuan ini, posisi Indonesia dalam peta energi terbarukan global semakin menguat. SAF dari POME mampu menekan emisi hingga 80 persen dibandingkan bahan bakar fosil. Ini bukan sekadar kemajuan teknis, tetapi momentum besar yang mengantar Indonesia memasuki ekosistem pasar SAF internasional,” ujar Lukman dalam pernyataan tertulis, Kamis (11/12/2025).
Ke depan, langkah ICAO diyakini akan mempercepat investasi infrastruktur produksi, mendorong kolaborasi lintas industri, serta memperkuat daya tarik Indonesia sebagai salah satu penghasil SAF paling kompetitif di dunia. Dengan potensi pasokan POME yang melimpah dan dukungan kebijakan yang kian progresif, Indonesia berada di jalur yang semakin jelas menuju kepemimpinan global dalam energi penerbangan berkelanjutan. (Sn)