Sydney | EGINDO.co – Hubungan pertahanan Prancis dengan Australia telah pulih setelah perselisihan mereka pada tahun 2021 terkait kontrak kapal selam besar, kata duta besar negara itu pada hari Minggu (13 Juli).
Paris menyatakan “penyesalan yang mendalam” ketika Australia membatalkan kesepakatan bernilai miliaran dolar untuk membeli armada kapal selam bertenaga diesel dari Prancis, kata Duta Besar Pierre-André Imbert.
Namun, sejak terpilihnya Perdana Menteri Anthony Albanese pada tahun 2022, hubungan pertahanan telah “dimulai kembali”, katanya.
“Sekarang, pilar pertama kerja sama kami adalah pertahanan dan keamanan, jadi kami memiliki tingkat kerja sama yang sangat baik,” kata duta besar tersebut kepada AFP saat pasukan Prancis mengikuti latihan militer besar di sekitar Australia.
Ketika Australia membatalkan kesepakatan dengan Prancis, Australia memilih untuk mengakuisisi kapal bertenaga nuklir dalam pakta tiga arah AUKUS yang baru dengan Amerika Serikat dan Inggris.
Namun, seorang pejabat pertahanan AS bulan lalu mengungkapkan bahwa peninjauan terhadap AUKUS sedang dilakukan untuk memastikannya “selaras dengan agenda Presiden America First” dan bahwa basis industri pertahanan AS “memenuhi kebutuhan kami”.
Berdasarkan kesepakatan AUKUS, Australia akan memperoleh setidaknya tiga kapal selam kelas Virginia dari AS dalam waktu 15 tahun, dan pada akhirnya akan memproduksi kapal selamnya sendiri.
Angkatan Laut AS memiliki 24 kapal kelas Virginia, tetapi galangan kapal Amerika kesulitan memenuhi target produksi yang ditetapkan, yaitu dua kapal baru setiap tahun.
Ketika ditanya apakah Prancis akan mempertimbangkan untuk membahas kesepakatan kapal selam baru dengan Australia jika perjanjian AUKUS digagalkan oleh peninjauan tersebut, duta besar Prancis tersebut mengatakan ia enggan berspekulasi.
“Saya rasa ini lebih merupakan masalah bagi Australia saat ini. Dan tentu saja, kami selalu berdiskusi dengan teman-teman Australia kami,” ujarnya.
“Tetapi untuk saat ini, mereka telah memilih AUKUS,” ujarnya. “Jika ini berubah (dan) mereka meminta, kita lihat saja nanti.”
Lebih dari 30.000 personel militer dari 19 negara akan bergabung dalam latihan militer tahunan Talisman Sabre selama tiga minggu, yang dimulai pada hari Minggu di seluruh Australia dan Papua Nugini.
Sumber : CNA/SL