Jakarta|EGINDO.co Pemerhati masalah transportasi dan hukum Budiyanto mengatakan, Headway adalah interval waktu kedatangan antar moda transportasi atau jarak kedatangan antara moda transportasi yang satu dengan moda transportasi yang lain. Hitungannya detik atau menit, kondisi ini tentunya akan ditentukan jumlah armada, jarak dan jalur yang digunakan.
Lanjutnya, Transjakarta memiliki jalur khusus yang seharusnya memudahkan untuk pengaturan headway namun kenyataannya headway masih sering kita dapatkan headway yang tidak teratur dan waktu yang cukup lama. Penentuan headway memang tidak berdiri sendiri karena berkaitan dengan jumlah armada, jarak dan fasilitas dan kecepatan kendaraan.
“Menurut hasil dari penelitian bahwa dengan headway yang diperkecil dan kecepatan yang diperbesar akan mengurangi nilai rata – rata untuk tunggu penumpang atau meminimalkan rata- rata tunggu penumpang,”ujarnya.

Dikatakan Budiyanto, Siklus pengangkutan penumpang akan normal dan tidak terjadi penumpukan pada shelter. Headway yang diperbesar dan kecepatan yang diperkecil mengakibatkan terjadinya peningkatan penumpang yang menunggu di shalter. Transjakarta menggunakan jalur khusus, jarak koridor yang jelas, dan jumlah armada yang sudah diperhitungkan. Seharusnya dengan beberapa indikator yang jelas seperti tersebut diatas, logikanya antara headway dan kecepatan bisa diatur dengan baik karena akan mempengaruhi siklus penumpang yang ada di masing – masing shalter. Apalagi ditunjang dgn adanya jumlah moda transportasi dan jarak masing koridor yang jelas.
“Hasil pengamatan secara empiris di lapangan mengapa sampai terjadi penumpukan penumpang di shalter karena headway terlalu lama karena dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan yang tidak stabil,”kata Budiyanto.
Mantan Kasubdit Bin Gakkum Polda Metro Jaya Akbp ( P ) Budiyanto SSOS.MH menjelaskan, Jalur khusus Transjakarta ada yang dibatasi dengan pembatas beton atau marka baik garis utuh atau marka grs terputus – putus yg diberlakukan mix traffic lalu lintas campuran. Pada saat melewati ruas penggal yang diberlakukan mix traffic terjadinya perlambatan kendaraan apalagi situasi macet. Jalur yang dibatasi dengan betonpun masih tidak steril dimana masih ada kendaraan diluar Transjakarta yang masuk di jalur khusus tersebut.
Ungkapnya, Jadwal yang sudah terprogrampun tidak bisa dilaksanakan dengan baik karena kendala – kendala teknis tadi. Kendala – kendala tersebut harus dapat di minimalkan dengan tetap memberikan prioritas pada bus Transjakarta dan mensterilkan jalur – jalur Transjakarta yang sudah permanen. Jalur Transjakarta yang steril akan dapat mengatur headway dan kecepatan dengan baik terutama saat peak hours atau jam- jam sibuk. Pengawasan perjalanan Transjakarta pada setiap jalur perlu dibangun sistem pengawasan yang didukung teknologi yang mampu mendeteksi kecepatan kendaraan dan kendala di lapangan dan langsung memberikan solusi kepada para pengemudi.
Metode pengawasan dengan cara manual secara bertahap bisa dikurangi dengan menerapkan sistem pengawasan berbasis teknologi. “Headway dan kecepatan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan,”tandasnya.
Pengamat transportasi dan hukum Budiyanto menegaskan, memperkecil headway dan memperbesar kecepatan akan mengurangi rata – rata waktu tunggu penumpang. Penumpang dapat terangkut dengan siklus yang normal dan menghilangkan tingkat kejenuhan dari para penumpang serta terjaminya ketepatan waktu sampai tujuan.
“Timbulnya kendala di jalan akan memperbesar headway dan menurunkan kecepatan yang berakibat pada keterlambatan bus Transjakarta pada titik atau shelter tertentu dan terjadi penumpukan penumpang dan akhirnya pada waktu tertentu akan mengalami over kapasitas, berdesak desakan dan menimbulksn ketidak nyamanan,”tutup Budiyanto.
@Sadarudin