Hari Lahir Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Yang Ke-59

ilustrasi mahasiswa (kompas)
ilustrasi mahasiswa (kompas)

Jakarta | EGINDO.co – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia merupakan salah satu elemen gerakan mahasiswa yang sampai detik ini terus bercita-cita mewujudkan Indonesia kedepan yang lebih baik dan bermartabat. PMII berdidiri tanggal 17 April 1960 dengan di latari  situasi social politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan social, politik, dan kultural di Indonesia.

Pendirian PMII di motori oleh kalangan Mudah NU atau kita bisa katakana bahwa  PMII lahir dari Rahim Nahdlatul Ulama (NU), namun PMII sejatinya menjadi organisasi Mahasiswa memiliki sikap independen setelah di cetusnya deklarasi Munarjati pada 14 Juli 1972 yang menarik garis demarkasi tegas mandiri dan berada di luar induknya yaitu NU. Berdirinya PMII di motori oleh anak muda di antaranya adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang Jurnalis dan politisi legengendaris).

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir sebagai suatau kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman, dan terdorong oleh harsarat kuat dan berapi-api  serta carut-marutnya system politik bangsa Indonesia pada dekade 1950-1959 tidak bisa di perkirakan, Dan tantangan lainnya yang secara social, politik, cultural, dan melakukan krtik atas system yang menindas, otoriter dan bertangan besi Veriabel tersebut yang kemudian melatarblakangi Oranisasi ini berdiri (PMII). Hal inilah yang menjadi rangsangan sekaligus pendorongan agar para mahasiswa NU membentuk oraganisasi Mahasiswa yang beridiologi Ahlusssunnah wal Jama’ah(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).

Baca Juga :  PLN EPI: Permintaan Batu Bara Pembangkit Turun Drastis,2030

Di rahim PMII tidak sedikit lahirnya tokoh-tokoh besar dan sudah tentu memiliki andil besar pula dalam menjaga dan setia mengawal UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tungal Ika. Dan NKRI, serta tradisi Nusantara lainnya sebagai Khasana kebangsaan.  Dan terus berkarya untuk kemajuan Bangsa dan Negara. Kini PMII memasuki usianya yang ke-59 Tahun pada 17 April 2019 tentu ini bukan lagi usia yang mudah, banyak dinamika yang telah di lewati ada pahit dan manis seli berganti mewarnai perjalanan PMII hingga hari ini.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia sebagai Organisasi tersebar merata dari Sabang sampai Merauke, terkadang harus melawan mainstream pimikiran atau mainstream pergerakan baik di nasional maupun lokal bahkan menjadi pilihan harus bergelut dengan situasi soal – soal politik, tak kadang justru menjadi oposis atas setiap nilai pergerakan yang di pegang. Sebagai identitas pergerakan PMII membangun gerakan yang tidak elitis apa lagi harus melekat pada kekuasaan namun melakukan kerja-kerja pengoraganisiran dan pendampingan atas kasus-kasus kerakyatan dan aksi masa sebagai bentuk paling kongkrit peduli atas masalah sosio-cultural yang di hadapi sebagai tanggung jawab pergerakan,  dan tak lupa sebagai Organisasi kemahasiswaan PMII tetap intes melakuka kaderisasi secara berjenjang Sebagai upaya tranformasi pengetahuan dan menciptakan kader-kader yang mampu beradaptasi dengan zaman (Kun Ibna Zamanika) “jadilah anak zamanmu” sebagai pilar penting dalam organisasi PMII agar tetap menjaga kualitas dari kadernya PMII memiliki desain khusus seperti Diskusi, Aksi, Advokasi, Refleksi, dan Proyeksi. Setiap dinamika yang telah di lewati tentu Senantiasa Menjadi penopang Organisasi dalam pengembangan kaderisasi dan kemajuan Organisasi.

Baca Juga :  Pengamat: Meminimalisir Area Blind Spot Atau Area Buta

Dalam pengembangan kapasitas PMII sebagai Oraganisasi kader selalu berupaya dan menempatkan posisi pada konteksnya dalam menyelami pengatahuan dan wacana-wacana yang kontemporer namun tidak  melupakan tradisi sebagai sebagai dasar dalam dinamika, dialektika pengetahuan dan pergerakan. PMII kini tidak lagi hanya bicara pada tataran teori-terori social kritis, atau kritisisme eropa barat, atau pengetahuan-pengetahuan keagaman yang berbasis ASWAJA atau filsafat Nusantara baik itu kepercayaan masalalu maupun kebudayaan sebagai khasana kebangsaan, Namun lebih dari itu  kini PMII secara pradigmatik bergeser dalam wacana dan gerak, kurang lebih 10 tahun terakhir ini tema-tema maritime menjadi wacana baru dalam konteks pengembangan kapasitas kader. Untuk menambaha daya endors Organisasi dan memperluasa wawasan agar kader PMII terlihat bedah secara pengetahuan Geostrategipun kini mulai di pelajari sebagai cara pandang dan pisau analisi atas masalah yang di hadapi bangsa secara global.

Baca Juga :  BMKG: Gelombang Tinggi Capai Empat Meter Di Perairan Maluku

 

Terkadang kita perlu membawa alam bantin kita pada saat di mana Organisasi (PMII) ini berdiri dengan latarbelakang dan situasi zaman itu, agar kemudian kita bisa memahami lebih dalam ruh intelektrual dan spritualitis PMII sebagai sebuah Organisasi kader dan pergerakan dengan itu kitakan mengerti dan menjaga PMII dan membesarkan PMII di mana saja kita berada. PMII Sebagai Oraganisasi tidak semata wadah yang di bawahnya kita berteduh atau menaungi kita tetapi lebih dari itu PMII adalah ruh intelektual dan spritualitas yang akan tetap hidup dalam ruang batin kita sebagai kader.

Secara pribadi saya memaknai PMII adalah oraganisasi yang dari rahimnya saya lahir dan di besarkan dengan tradisi Ahlusssunnah wal Jama’ah dan dinamika intektual yang sangat khas dan mencerahkan saya, layaknya perlakukan seorang ibu kepada anaknya. kini saya berharap di Harla yang ke-59 PMII akan terus maju “Tangan terkepal dan Maju ke muka” dan selalu memberikan kontribusi postif atas bangsa dan Negara, dan dia “PMII” selalu hidup melewati setiap fase zaman dinamika yang di hadapi JAYA SELALU PMII.

 

Sumber : Kompasiana

 

 

Bagikan :
Scroll to Top