Hari Kopi Nasional, Sejarah Kopi. Pencinta Kopi Wajib Tahu

Sejumlah pengunjung menikmati kopi terbalik (kopi khop) khas Meulaboh di salah satu warung kopi tradisional Desa Suak Ribe, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (30/1/2021). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.
Sejumlah pengunjung menikmati kopi terbalik (kopi khop) khas Meulaboh di salah satu warung kopi tradisional Desa Suak Ribe, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (30/1/2021). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.

Jakarta | EGINDO.co Tanggal 11 Maret diperingati sebagai hari Pencinta Kopi Nasional. Tanggal ini dipilih atas usulan Dewan Kopi Indonesia (Dekopi). Sebagai pencinta kopi sudah sewajarnya kita memahami asal usul dan sejarah kopi menjadi komoditas internasional.

Catatan masa lampau tentang sejarah kopi bermula pada abad ke-9 di dataran Afrika, tepatnya dari negara Ethiopia dan Eritrea. Secara lebih spesifik, nama daerah asal tanaman kopi pada masa kuno tersebut adalah Abyssinia.

Tidak diketahui secara pasti bagaimana masyarakat Abyssinia memanfaatkan tanaman kopi. Karena pada masa itu tanaman kopi hanya menjadi komoditas komersial yang dibawa pedagang dari Abyssinia ke Yaman oleh orang Arab. Sedangkan, pemanfaatan kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan oleh orang-orang Arab.

Sejarah mencatat, bahwa perdagangan biji kopi dikendalikan oleh pedagang Arab. Monopoli tersebut dilakukan dengan perdagangan melalui pelabuhan Mocha di Yaman kemudian diperdagangkan hingga ke Eropa. Pada saat itu Mocha adalah satu-satuya pintu perdagangan kopi, bahkan hingga saat ini kita mengenal istilah kopi mocha.

Pada abad ke 17 orang-orang Eropa mulai mengembangkan perkebunan kopi. Akan tetapi karena iklim yang tidak cocok untuk tanaman kopi, maka orang-orang Eropa mencoba untuk membudidayakan tanaman kopi di daerah jajahan mereka. Hingga pada akhirnya, hasil tanaman kopi oleh bangsa Eropa di berbagai daerah jajahan mampu menggeser dominasi kopi dari bangsa Arab.

Tanaman kopi juga ditaman oleh bangsa Belanda ketika itu, terutama di Pulau Jawa yang dijadikan pusat tanaman kopi oleh mereka. Bahkan “Cup of Java” atau kopi yang berasal dari Jawa sempat populer masa itu.

Istilah Kopi
William H. Ukers dalam buku yang ditulisnya mengatakan bahwa kata “kopi” masuk dalam bahasa-bahasa Eropa pada tahun 1600-an. Dalam buku “All About Coffee” (1922) tersebut dikatakan kata “kopi” atau “coffee” diambil dari bahasa Arab “qahwa” yang diserap ke bahasa Turki “kahveh”.

Dalam bahasa Arab, kata “qahwa” bukan berarti tanaman kopi, namun justru merujuk pada nama minuman. Dapat dikatakan “qahwa” merupakan sebutan untuk minuman yang dibuat dari biji dan diseduh denga air panas.

Pendapat lain dalam Symposium on The Etymology of The Word Coffee pada tahun 1909, menyepakati bahwa kata “coffee” tertuju pada istilah “qahwa” dalam bahasa Arab yang berati “kuat”. Namun terdapat juga pendapat lain, bahwa “qahwa” memiliki arti jenis minuman dari anggur atau wine.

Selain itu, ada pendapat lain yang mengatakan penggunaan istilah kopi tidak berasal dari bahasa Arab dan melainkan diambil dari bahasa Abyssinia yang merupakan daerah asalnya. Menurut teori ini, kopi diadaptasi dari kata “kaffa” yang merupakan sebuah kota di daerah Shoa, terletak di Selatan Barat Daya Abissynia.

Akan tetapi pendapat tersebut terbantahkan karena tidak didukung oleh bukti kuat. Karena ada bukti menunjukkan bahwa buah kopi atau biji kopi disebut dengan nama “bun” atau “bunn” dan tidak merujuk pada minuman.

Bersumber dari kata “qahwa” dalam bahasa Arab, kemudian diserap ke bahasa Turki “kahve”, bahasa Belanda “koffie”, bahasa Perancis “cafe”, bahasa Italia “caffe”, bahasa Inggris “coffee”, bahasa Jepang “kehi”. bahasa Cina “kia fey” dan bahasa Melayu “kawa”. Keseluruhan nama tersebut memiliki kesamaan bunyi dengan kata “qahwa”.

Sedangan kata “kopi” yang kita kenal saat ini untuk menyebut minuman dari biji kopi merupakan serapan kata dari bahasa Belanda “koffie”. Teori ini dirasa akurat sebab pemerintahan Belanda membuka perkebunan kopi pertama di Indoneia. Namun tidak menutup kemungkinan juga diserap langsung dari bahasa Arab dan Turki karena Indonesia telah memiliki hubungan dengan mereka sebelum bangsa Eropa datang.

Legenda Kopi
Terdapat cerita masyarakat yang sangat terkenal tentang awal manusia mengolah kopi, yaitu legenda “Si Kaldi dan kambingnya” dan cerita “Ali bin Omar al Shadhili”

Baca Juga :  Pertama Kali, Kopi Indonesia Diekspor Ke Jerman

a. Si Kaldi dan Kambingnya
Cerita ini merupakan legenda dari Ethiopia, yaitu tentang Kaldi seorang pemilik kambing. Diceritakan pada suatu hari Kaldi melihat kambingnya dalam keadaan hiperaktif, berlarian dan melompat kesana kemari. Kaldi merasa heran dengan keadaan kambing yang dia miliki tidak seperti biasanya.

Kemudian Kaldi mencari tahu apa yang telah di makan oleh kambingnya. Setelah diselidiki, ternyata kambingnya telah memakan buah berwarna merah dari pohon yang belum ia kenali. Karena penasaran, Kaldi kemudian mencoba buah tersebut dan kemudian ia bertingkah layaknya kambingnya tadi.

Setelah kejadian itu, Kaldi kemudian menanyakan kepada seorang biarawan. Biarawan itu pun tertarik dan ingin mencoba buah merah tersebut. Setelah dicoba, biarawan itu merasa ada tenaga tambahan dan tidak mengantuk ketika melakukan do’a malam sehingga menginginkannya untuk dikonsumsi.

Namun karena rasanya yang sedikit pahit, biarawan ini kemudian mengolahnya dengan memangga dan menyeduh biji buah merah tersebut. Sejak itu lah kopi dikenal sebagai minuman yang memberikan efek mengusir kantuk dan memberikan tenaga ekstra.

b. Ali bin Omar al Shadhili
Menurut legenda ini, hiduplah seseorang yang bernama Ali bin Omar al Shadhili. Ia merupakan tabib yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit sekaligus ahli sufi yang taat beribadah.

Akan tetati tabib tersebut tidak disukai oleh penguasa lokal saat itu, sehingga dituduh dengan fitnah bahwa ketika mengobati pasiennya, Alib bin Omar al Shadhili bersekutu dengan setan. Karena isu tersebut, ia diusir dai kota Mocha.

Ketika perjalanan setelah pengusiran tersebut, Ali bin Omar al Shadhili merasakan lapar dan menemukan sebuah gua. Ia mendapati ada buah berwarna merah kemudian memakannya. Namun karena terasa pahit, ia pun mengolah buah merah itu dengan cara memanggang dan merebusnya.

Akan tetapi, biji kopi tersebut belum juga dapat dimakan. Kemudian ia menyeduhnya dan meminum airnya, dan ternyata air tersebut memberikan tenaga tambahan. Ali bin Omar al Shadhili kemudian terkenal karena air seduhan tersebut, hingga pada suatu waktu penguasa mendengan kabar tentang minuman ini. Sehingga Ali bin Omah al Shadhili kembali dipanggil ke kota untuk tinggal dan menamakan minuman hitam tersebut dengan nama Mocha.

Awal Budidaya Kopi
Tanaman kopi yang pertama kali dibudidayakan adalah kopi jenis arabika (Coffea arabica). Sebab, sejarah mencatat bahwa kopi bermula dibawa dari Abyssinia menuju ke Yaman dan kemudian dibudidayakan di dataran tinggi wilayah tersebut.

Pekiraan waktu budidaya kopi dilakukan pada tahun 575 masehi. Meski berkembang lambat, budidaya kopi tetap dijalankan dan menjadi komoditas eksklusif daerah tersebut, serta diperdagangkan melalui pelabuhan Mocha di Yaman.

Untuk melindungi eksklusifitas tanaman kopi, para pedagang arab sengaja merebus biji kopi sebelum diperdagangkan dengan tujuan agar biji tidak dapat tumbuh ketika ditanam.

Penyebaran Tanaman Kopi
Dari peta jalur penyebaran kopi dibawah ini, dapat dilihat bahwa asal mula tanaman kopi adalah dari negara Ethiopia, kemudian menyebar ke negara lain di Afrika, Yaman hingga ke benua-benua lainnya.

a. Penyebaran ke Asia Selatan
Meskipun upaya untuk mempertahankan kopi agar hanya dapat diperdagangkan oleh pedagang Arab dilakukan, ternyata upaya tersebut tidak berhasil. Pada tahun 1616 orang Belanda berhasil membawa tanaman kopi melalui pelabuhan Mocha ke Holand, Belanda. Selanjutnya, orang-orang Belanda mencoba untuk menanam tanaman kopi di Srilanka.

Selain itu, tanaman kopi juga pernah dicoba ditanam di Dijon, Perancis. Akan tetapi, tanaman kopi tidak dapat tumbuh dan upaya ini gagal.

Selain penyebaran kopi melalui pelabuhan Mocha yang saat itu dianggap satu-satunya jalur perdagangan kopi, ternyata kopi dapat menyebar melalui jalur-jalur lain. Salah satunya adalah melalui para peziarah yang datang ke Mekah dan Madinah untuk berhaji.

Baca Juga :  Jolene Marie Rotinsulu Pungut Sampah Plastik Di Sungai Pesanggrahan

Salah satu orang yang berhasil membawa biji kopi adalah peziarah dari India, yaitu Baba Budan. Ia berhasil membawa biji kopi yang dapat ditanaman dan dibudidayakan di Chikmagalur, India bagian selatan.

b. Penyebaran ke Asia Tenggara
Pada masa penjajahan di Indonesia, pemerintah VOC Belanda mendatangkan tanaman kopi dari Malabar, India. Asal usul jenis kopi yang dibawah ke pulau Jawa tersebut berasar dari Yaman yang telah dibudidayakan di Malabar. Tanaman kopi yang dibawa tersebut ditanam di Kadawung, namun budidaya ini gagal akibat banjir.

Sekitar 3 tahun berikutnya, Belanda kembali mendatangkan tanaman kopi berupa stek yang juga berasal dari Malabar. Upaya budidaya tanaman kopi ini dapat dikatakan berhasil dan mencapai puncaknya ketika berhasil menggeser dominasi kopi dari Yaman. Bahkan, ketika itu Belanda menjadi eksportir kopi terbesar di dunia.

c. Penyebaran ke Amerika dan sekitarnya
Tanaman kopi sampai ke benua Amerika dan kepulauan sekitarnya melalui dua jalur masuk. Pertama, ketika pada tahun 1706 Belanda membawa tanaman kopi dari Jawa ke kebun raya Amsterdam, kemudian tanaman kopi tersebut dibawa ke Suriname sebagai hadiah kepada Raja Louis XIV di Paris.

Kemudian pada tahun 1720 tanaman kopi dari Paris tersebut dibawa dan kemudian di taman di daerah Karibia yang merupakan kawasan koloni Perancis. Menurut cerita, tanaman kopi yang dibawa dalam kondisi hidup dan melintasi lautan tetap dapat hidup berkat penyiraman yang dilakukan oleh anak buah kapal. Kopi yang berasal dari Amsterdam ini dikenal dengan nama kultivar Typica.

Jalur yang kedua tanaman kopi dapat masuk ke Amerika adalah melalui Pulai Bourbon, saat ini dikenal La Reunion. Biji kopi berasal dari utusan Sultan Yaman kepada Raja Louis XIV pada tahun 1715. Jumlah biji kopi yang diterima adalah 60 butir benih kopi yang selanjutnya ditaman di daerah jajahan Perancis di benua Amerika. Kopi jenis ini kemudian dikenal dengan kultivar Bourbon.

Kultivar Typica dan Bourbon merupakan tanaman kopi jenis arabika yang saat ini dipercaya sebagai asal tanaman kopi diberbagai perkebunan.

Budaya Meminum Kopi
Ada sebuah catatan dari ilmuwan muslim Al Razi (850-920) yang dianggap paling tua mengenai kopi. Al Razi yang juga seorang ahli kedokteran dalam catatannya menulis tentang suatu minuman yang bernama bunshum dan memiliki ciri-ciri mirip dengan kopi.

Selain itu, catatan lain juga diperoleh dari Ibnu Sina (980-1037) yang juga seorang ahli kedokteran. Dalam catatannya, Ibnu Sina menggambarkan adanya biji yang bisa diseduh dan berkhasiat menyembuhkan salah satu penyakit perut. Informasi dari catatan tersebut merujuk pada ciri-ciri kopi yang kita kenal saat ini. Minuman yang diberi nama bunshum dan bijinya bernama bun.

Dalam perdagangan Islam, kopi merupakan salah astu komoditas ekonomi yang sangat penting. Meski sempat dinyatakan sebagai minuman terlarang, minuman kopi sangat digemari dan terkenal diantara para peziarah kota Mekah. Bukan tanpa sebab, karena minuman kopi dapat membuat terjaga ketika beribadah di malam hari.

Pada periode kekhalifahan Turki Ustmani, minuman kopi semakin menjadi primadona. Kopi menjadi sajian minuman utama pada setiap perayaan di Istanbul.

Kopi menyebar ke Eropa ketika pada tahun 1600-an para pedagang dari Venesia membeli kopi dari pelabuhan Mocha d Yaman. Kemudian menyebar ke daerah-daerah koloni bangsa Eropa lain, seperti New York yang menjadi koloni Belanda pada tahun 1668.

Sejarah Kopi di Indonesia
Asal mula masyarakat Indonesia mengenal kopi tidak dapat dilepaskan dari masa kolonial Belanda. Pada tahun 1969, Belanda membawa kopi dari Malabar, India dan dibawa ke Jawa. Saat itu, kopi pertama kali dibudidayakan di kawasan perkebunan dekat Batavia, yaitu Kedawung. Upaya ini gagal karena tanaman kopi mati akibat banjir.

Baca Juga :  Galeri Nasional Tambah Kuota Kunjungan Di Ruang Pameran

Selanjutnya, pemerintah Belanda pada tahun 1699 kembali mendatangkan bibit kopi dari hasil stek kopi dari Malabar. Upaya ini berhasil, pada tahun 1706 sampel kopi dari Jawa dikirim ke Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam, hasilnya adalah kopi dari Jawa memiliki kualitas yang sangat baik.

Pada perkembangannya, tanaman kopi dijadikan komoditas tanaman perkebunan yang dikembangkan di seluruh Indonesia, seperti di Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor, dan pulau lainnya.

Namun pada tahun 1878 terjadi bencana perkebunan kopi, dimana tanaman kopi terutama di dataran rendah rusak akibat penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix. Perkebunan kopi di Indonesia ketika itu hanya menanam jenis kopi arabika yang kemudian disimpulkan tidak memiliki ketahanan terhadap penyakit karat daun tersebut.

Selanjutnya, pemerintah kolonial mendatangkan spesies kopi liberika yang diharapkan tahan terhadap wabah karat daun.

Berbeda dengan sekarang, pada saat itu kopi liberika memiliki harga yang sama dengan arabika di perdagangan Eropa. Akan tetapi, ternyata liberika yang diharapkan tahan terhadap karat daun juga mengalami penyakit yang sama. Kemudian pada tahun 1907 Belanda membawa spesies lain, yaitu kopi robusta untuk di tanam di perkebunan kopi Indonesia yang hingga saat ini lebih tahan terhadap penyakit karat daun.

Setelah Indonesia merdeka, seluruh tanaman perkebunan kopi yang ada di nasionalisas dan sejak saat itu, Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia.

Perdagangan Kopi
Secara global, terdapat 4 jenis kopi yang diperdagangkan di dunia internasional. Berdasarkan catatan ICO atau International Coffee Organization, jenis kopi tersebut adalah kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika dan kopi excelsa.

Meski berjumlah 4 jenis, namun 4 jenis kopi tersebut ternyata dihasilkan dari 3 spesies kopi, yaitu:

Kopi arabika berasal dari spesies Coffea arabica
Kopi robusta berasal dari spesies Coffea canephora
Kopi liberika berasal dari spesies Coffea liberica var. Liberica
Kopi excelsa berasal dari Coffea liberica var. Dewevrei

a. Era Awal (abad ke-17)
Pada masa ini, kopi hanya dikenal di sekitar wilayah jazirah Arab dan masyarakat yang datang ke tempat tersebut. Kopi mulai diperdagangkan ke luar Arab melalui pelabuhan Mocha, di Yaman. Pada waktu itu, pedagang-pedagang Arab memonopoli komoditas kopi dalam jangka waktu yang lama.

Berlanjut pada abad ke-18, bangsa Eropa mulai membudidayakan kopi di luar Arab. Kemudian pada tahun 1920 Belanda berhasil menggeser Yaman sebagai pemasok utama kopi dunia.

Belanda menjadi pengekspor kopi dunia yang berasal dari perkebunan-perkebunan di wilayah jajahannya, seperti Jawa dan daerah lain di Indonesia. Indonesia menjadi produsen kopi terbesar dunia sekitar satu abad. Selanjutnya, Brazil berhasil menduduki peringkat pertama sebagai negara penghasil kopi terbesar dunia menggeser Indonesia hingga saat ini.

b. Era Modern (awal abad ke-20)
Pada masa ini, kopi telah tersebar dan ditanam di lebih dari 50 negara dunia. Negara penghasil kopi terbesar dunia saat ini adalah Brasil, Vietnam, Kolombia, Indonesia dan Etiopia.

Brazil merupakan penghasil kopi terbesar dunia, yaitu mendominasi sepertiga dari total produksi kopi dunia. Brazil menghasilkan 2,5 juta ton biji kopi pada tahun 2015, yang terdiri dari 80% jenis kopi arabika dan sisanya adalah kopi robusta. Dalam perdagangan kopi, robusta memiliki harga yang lebih tinggi dibanding kopi lainnya.

Pada tahun yang sama, Indonesia berada pada peringkat ke-empat negara penghasil kopi. Data GAEKI atau Gabungan Eksportir Kopi Indonesia, menyatakan sekitar 83% produksi kopi Indonesia merupakan jenis robusta dan arabika sebesar 17%. Selain kedua jenis kopi tersebut, perkebunan kopi di Indonesia juga membudidayakan kopi jenis liberika dan excelsa, meskipun harga kopi jenis tersebut tidak terlalu tinggi.

AW/Rimbakita

Bagikan :
Scroll to Top