Hari Ini Hari AIDS, Pendekatan Agama Bagi Penderita

Fadmin Malau
Fadmin Malau

Oleh: Fadmin Malau

Hari ini Rabu 1 Desember 2021 diperingati sebagai Hari AIDS se-dunia. Apa itu AIDS dan bagaimana mengatasinya. Banyak cara mengatasinya, satu diantaranya melalui pendekatan Agama bagi Penderita. Hal itu karena AIDS juga masalah social, bukan semata-mata masalah medis.

Yah, pada setiap 1 Desember diperingari Hari Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Tahun 2021 ini juga diperingati yang ke-33 sebab sejarah peringatan hari AIDS dimulai tahun 1998 oleh Organisasi Kesehatan Dunia.

Ceritanya sebelum terjangkit AIDS didahului menderita Human Immunodefiency Virus (HIV). Dikatakan positif terpapar penyakit HIV apa bila telah menyerang kekebalan tubuh. Hal itu bisa dilakukan tes HIV di rumah sakit. Siapa pun tidak ingin terjangkit AIDS atau terpapar HIV sebab sampai kini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkannya secara total.

Ketika terpapar HIV, penyesalan akan muncul dan kesedihan yang mendalam maka dari itu AIDS belum sepenuhnya masalah medis, masih juga masalah sosial kemasyarakatan. Pencegahan lebih utama dan pencegahan itu dilakukan dengan pola hidup sehat, pola hidup yang sesuai dengan norma norma adat dan ajaran agama.

Bagi yang terpapar HIV maka yang harus dilakukan memberikan semangat hidup, menghindari kesedihan berkepanjangan dan membangkitkan kepercayaan diri. Tidak menarik diri dari kehidupan sosial dan tidak menyembunyikan statusnya di masyarakat.

Kini banyak Yayasan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang siap mendampingi para Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) untuk dibimbing dan dimotivasi hidupnya. Disamping menumbuhkan kepercayaan diri juga memberikan pengertian, penyuluhan terhadap mereka yang berstatus ODHA ketika hidup bermasyarakat.

Bagi ODHA harus siap menerima kenyataan yang dihadapinya dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu agar bisa tetap hidup sehat dan normal seperti mereka yang tidak terkena HIV.

Baca Juga :  Sejarah Islam Di Indonesia, Sahabat Nabi Makamnya Di Barus

Harus diketahui Human Immunoseficiency Virus (HIV) merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 dihancurkan, kekebalan tubuh semakin lemah, sehingga rentan berbagai penyakit.

Kehilangan kekebalan tubuh membuat sulit untuk mempertahankan hidup sebab kekebalan tubuh yang lebih akan mudah terserang penyakit dan bila terserang penyakit sulit untuk disembuhkan. Biasanya mereka yang terpapar HIV akan menyesali hidup, menyesali apa yang dilakukannya selama ini. Disamping itu juga secara psikologis mengganggu kejiwaannya sebab dihantui dengan orang terkena HIV dikatakan memiliki umur pendek.

Anggapan orang terkena HIV dikatakan memiliki umur pendek harus dihilangkan sebab dari segi medis atau kesehatan tidak berhubungan langsung dengan umur seseorang. Masalah umur pendek atau panjang itu haknya Tuhan Yang Maha Esa.

Pendekatan agama sangat dibutuhkan, karena masalah umur adalah haknya Tuhan Yang Maha Esa. Manusia hanya berusaha untuk sehat dengan pola hidup sehat. Setelah itu dianjurkan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, meninggalkan perilaku buruk yang dapat merusak hidup.

Bagi terpapar HIV dan ODHA harus banyak diberikan pemahaman mengenai ajaran-ajaran agama. Tujuannya agar bertobat, mengubah pola hidup dengan menjauhi perilaku buruk, seperti seks bebas, gay, narkoba dan lainnya. Semua perilaku menyimpang tersebut sangat dilarang oleh semua agama, termasuk agama Islam.

Dalam ajaran agama Islam melarang umatnya berzina, karena zina salah satu dosa besar yang dapat merugikan pelakunya. Apa lagi, untuk para gay dan waria, Allah SWT sangat melaknat orang-orang yang berperilaku seksual dengan sesama jenis sebagaimana pernah dikisahkan pada kaum Nabi Luth dalam Alquran, Surah Al-A’raf ayat 80 dan Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Dalam ajaran agama Islam disebutkan Allah SWT akan melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth. Untuk itu bagi semua orang, baik yang belum atau tidak terpapar HIV atau yang sudah terpapar HIV tetap melakukan pola hidup sehat, hidup sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Semua agama mengajarkan umatnya hidup dengan baik secara rohani dan jasmani.

Baca Juga :  Gabema, Masyarakat Tapteng Sibolga Tidak Terima Koleksi Arkeologi Baros Pindah ke Cibinong

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan bersama lembaga swadaya masyarakat, menyediakan pelayanan pendampingan terhadap ODHA agar berbagi permasalahan yang dihadapi bisa diatasi. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan harus selalu siap memberikan dukungan psikososial untuk ODHA karena itu bisa membantu ODHA dalam menghadapi masalahnya yakni masalah biologis (kesehatan), psikologis dan masalah sosial terkait sebagai ODHA.

Berdasarkan data ODHA itu menurut tipe penyakitnya yakni Lelaki Seks Lelaki (LSL),  pelanggan Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL), pelanggan Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) dan pengguna narkoba suntik.

Penderita HIV/AIDS lebih banyak berusia 25-49 tahun ke atas karena usia produktif rentan terkena virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh tersebut. Penelitian yang dimuat dalam International Journal of Epidemiology mengungkapkan bahwa tingkat risiko penularan HIV lewat seks anal lebih besar 18 persen dari pada penetrasi vagina. Alasannya karena vagina memiliki banyak lapisan yang bisa menahan infeksi virus, sedangkan anus hanya memiliki satu lapisan tipis. Harus diingat bahwa virus HIV tidak bisa dilihat secara langsung oleh indera pengelihatan dan penderita HIV memiliki fisik sama seperti orang sehat lainnya maka sulit membedakan penderita HIV dengan yang tidak.

Proses terpapar HIV harus diketahui semua orang agar bisa dihindari dan bagi yang sudah terpapar harus bisa membangkitkan hidup, tidak menyesali hidup secara terus menerus. Untuk itu bagi ODHA perlu terus mendapat dukungan psikososial untuk meningkatkan kualitas hidup.

Memberikan dukungan psikososial bagi ODHA akan membantu ODHA dalam memecahkan masalah biologis (kesehatan), psikologis dan masalah sosial. Hal itu karena sampai kini keberadaan ODHA masih dinilai negatif dengan stigma diskiriminasi terhadap penderita AIDS.

Baca Juga :  KAI Cabut Larangan Jaga Jarak Duduk Penumpang Di KRL

Perlu diingat bahwa penyakit HIV/AIDS belum ditemukan obatnya maka tidak bisa disembuhkan. Namun, bagi ODHA bisa tetap bertahan hidup dengan catatan rutin meminum obat, melakukan pengobatan rutin dan memeriksakan kesehatan. Untuk itu maka semangat hidup harus terus dipacu, digelorakan agar dapat tetap bertahan hidup.

Tidak salah, AIDS bukan saja masalah medis tetapi juga masalah sosial karena ODHA harus terus bersosialisasi untuk bisa hidup. Beda halnya jika AIDS sudah ditemukan obat yang ampuh maka ketika terpapar HIV langsung diobati maka selesai masalahnya. Akibat AIDS belum ditemukan obat yang ampuh untuk mengobatinya maka masalah sosial menjadi sangat penting.

Bila pendekatan sosial dilakukan maka pendekatan psikologi, pendekatan kemasyarakatan, budaya dan juga pendekatan keagamaan. Berbagai pendekatan tersebut sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah AIDS. Pendekatan agama menjadi sangat ampuh sebab ajaran agama mengajarkan manusia dengan pola hidup sehat, pola hidup yang teratur dan ajaran agama melarang untuk melakukan semua yang bisa terpapar HIV/AIDS.

Melalui pendekatan agama juga membuat manusia berbuat baik dengan sesama manusia, saling tolong menolong, saling ingat mengingatkan untuk berbuat kebaikan. Hidup sehat penuh dengan bajikan, menghindari dari semua yang dilarang dalam ajaran agama maka bila itu dilakukan dipastikan akan terhindar dari terpapar HIV.

Peran serta para tokoh masyarakat, tokoh pendidik dan tokoh agama dalam mencegah penularan HIV/AIDS sangat penting disamping paramedis. Pendekatan agama bagi penderita AIDS menjadi sangat penting dan peran tokoh agama sangat dinantikan. Semoga dalam peringatan hari AIDS membuat kita semua terhindar dari HIV/AIDS.

***

 

Bagikan :
Scroll to Top