Harga Emas Hari Ini, Bullish di Atas US$2.000

Harga emas hari ini, Selasa (19/12/2023), berpotensi melanjutkan kenaikan seiring dengan pelemahan dolar AS.
Harga emas hari ini, Selasa (19/12/2023), berpotensi melanjutkan kenaikan seiring dengan pelemahan dolar AS.

Jakarta|EGINDO.co Harga emas hari ini diprediksi melanjutkan penguatan atau bertahan di atas level psikologis US$2.000 per troy ounce.

Tim Monex Investindo Futures menilai harga emas tampak menguat pada Senin (27/11/2023) pagi, melanjutkan penguatan di akhir pekan. Secara teknikal, pada chart satu jam, trend bullish emas tertopang indikator Commodity Channel Index (CCI) yang bergerak dekat level 100.

“Emas juga bergerak naik di atas pola triangle yang terbentuk pada pekan lalu, juga menjadi indikasi bullish dengan upper triangle menjadi support di $2.001,00 per troy ounce,” tulis analis Monex, Senin (27/11/2023).

Menurut prediksi Monex, selama harga emas hari ini bergerak di atas level US$2.000,00, maka emas berpeluang naik kembali menguji target US$2.004,00 di perdagangan sesi Asia.

Baca Juga :  Harga Emas Hari Ini, Kian Bersinar Lampaui US$2.000

Adapun ekspektasi terhadap suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve masih menjadi fokus pasar pekan ini. Mengutip Reuters, ukuran inflasi yang disukai Federal Reserve akan dirilis pada Kamis pekan ini dan diperkirakan akan melambat ke level terendah sejak pertengahan tahun 2021. Hal tersebut akan memperkuat spekulasi pasar bahwa pergerakan suku bunga selanjutnya akan diturunkan.

Ketua Fed Jerome Powell akan memiliki kesempatan untuk melawan sikap dovish di gelaran Fireside Chat pada hari Jumat, dan setidaknya ada tujuh pembicara Fed lainnya yang akan hadir minggu ini.

“Pandangan yang kami pegang teguh adalah bahwa bank sentral tidak mungkin memberikan pelonggaran pada paruh pertama tahun 2024 jika tidak ada ancaman terhadap ekspansi atau stabilitas keuangan,” kata Bruce Kasman, kepala ekonomi global di JPMorgan.

Baca Juga :  Bitcoin Naik Di Atas $20.000 Pertama Kali Dalam Dua Bulan

Menurut Kasman, sinyal The Fed ini kemungkinan besar akan menjadi penting dalam komunikasi kebijakan moneter AS mendatang sebagai respons terhadap perkembangan pasar keuangan terkini.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Bagikan :
Scroll to Top