Jakarta|EGINDO.co Harga emas global terpantau mengalami kenaikan tipis pada Jumat (4/7/2025), seiring dengan meredanya harapan pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) dan meningkatnya ketidakpastian terhadap kondisi perdagangan internasional.
Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa harga emas di pasar spot naik 0,53% ke level US$3.343,60 per troy ounce pada pukul 13.27 WIB. Sementara itu, kontrak berjangka emas di bursa Comex AS untuk pengiriman Agustus 2025 turut menguat 0,35% menjadi US$3.354,60 per troy ounce. Sepanjang pekan ini, logam mulia tersebut tercatat telah meningkat sekitar 1,7%.
Sebelumnya, harga emas sempat turun 0,9% pada sesi perdagangan Kamis akibat data tenaga kerja Amerika Serikat yang dirilis di atas ekspektasi. Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan tingkat pengangguran lebih rendah dari perkiraan analis, serta pertumbuhan pekerjaan yang lebih tinggi dari prediksi. Hal ini turut mendorong penguatan nilai tukar dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah, yang secara historis memberikan tekanan terhadap harga emas.
Menurut analis Reuters, penguatan dolar membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya, sehingga permintaan cenderung menurun. Di sisi lain, emas yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) menjadi kurang menarik ketika suku bunga tinggi.
Kebijakan moneter The Fed tetap menjadi sorotan utama. Hingga saat ini, bank sentral AS masih mempertahankan suku bunga acuannya dan menunda langkah pelonggaran moneter. Ketua The Fed menyampaikan bahwa pasar tenaga kerja yang stabil serta risiko inflasi yang masih ada—terutama akibat kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump—menjadi alasan belum adanya perubahan suku bunga.
Dari perspektif global, pelaku pasar juga mencermati eskalasi ketegangan dagang. Presiden Trump mengisyaratkan akan mulai mengirim pemberitahuan resmi kepada mitra dagang utama AS terkait pengenaan tarif baru mulai Jumat ini, menjelang batas waktu 9 Juli. Langkah ini berpotensi memicu reaksi pasar yang lebih luas dan mendorong minat terhadap aset lindung nilai seperti emas.
Menurut laporan CNBC, harga emas sepanjang tahun ini telah naik lebih dari 25%, meski masih sekitar US$170 di bawah rekor tertinggi yang tercatat pada April 2025. Lonjakan ini sebagian besar ditopang oleh meningkatnya permintaan dari bank sentral berbagai negara, serta meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.
Di sisi fiskal, perhatian investor juga tertuju pada kebijakan anggaran besar-besaran di bawah pemerintahan Trump. RUU pemotongan pajak dan peningkatan belanja pemerintah yang baru saja disahkan DPR AS diperkirakan oleh Kantor Anggaran Kongres (CBO) akan menambah defisit fiskal sebesar US$3,4 triliun dalam kurun waktu sepuluh tahun mendatang. Kondisi ini dikhawatirkan dapat memperburuk stabilitas fiskal dan memperkuat permintaan terhadap aset-aset aman.
Referensi tambahan:
-
Bloomberg Market Data (4 Juli 2025)
-
Reuters Commodities News
-
CNBC Gold Price Update
-
U.S. Department of Labor – Employment Report
-
Congressional Budget Office (CBO) Statement
Sumber: Bisnis.com/Sn