Hamas Setuju dengan Proposal Gencatan Senjata di Gaza

Gencatan Senjata di Gaza
Gencatan Senjata di Gaza

Kairo | EGINDO.co – Hamas telah menyetujui proposal gencatan senjata Gaza yang diterimanya dua hari lalu dari mediator Mesir dan Qatar, kata kepala kelompok militan Palestina itu pada Sabtu (29 Mar).

“Dua hari lalu, kami menerima proposal dari mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya dengan positif dan menerimanya,” kata Khalil al-Hayya dalam pidato yang disiarkan televisi.

“Kami berharap pendudukan (Israel) tidak akan merusaknya,” kata Hayya, yang memimpin tim negosiasi Hamas dalam pembicaraan tidak langsung yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas di Gaza yang meletus pada Oktober 2023.

Sumber keamanan mengatakan kepada Reuters pada Kamis bahwa Mesir telah menerima indikasi positif dari Israel atas proposal gencatan senjata baru yang akan mencakup fase transisi.

Baca Juga :  4 Perusahaan Telkom Malaysia Setuju Gunakan 5G Negara

Proposal tersebut menyarankan agar Hamas membebaskan lima sandera Israel setiap minggu, kata sumber tersebut.

Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan telah mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan proposal yang diterima dari para mediator, dan bahwa Israel telah menyampaikan kepada para mediator sebuah proposal balasan dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat.

Reuters bertanya kepada kantor Perdana Menteri apakah mereka juga telah menyetujui proposal gencatan senjata, tetapi kantor tersebut tidak segera menanggapi.

Gencatan Senjata Bertahap

Fase pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari setelah 15 bulan perang dan melibatkan penghentian pertempuran, pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan oleh Hamas, dan pembebasan beberapa tahanan Palestina.

Fase kedua dari kesepakatan tiga fase tersebut dimaksudkan untuk berfokus pada kesepakatan tentang pembebasan sandera yang tersisa dan penarikan pasukan Israel dari Gaza. Hamas mengatakan setiap proposal harus memungkinkan peluncuran fase kedua, sementara Israel telah menawarkan untuk memperpanjang fase pertama yang berlangsung selama 42 hari.

Baca Juga :  KPK Periksa 2 Saksi Dalam Kasus Korupsi Stadion Mandala

Menanggapi seruan Israel dan Amerika Serikat agar Hamas melucuti senjata, Hayya mengatakan persenjataan kelompok itu adalah garis merah dan tidak akan melucuti senjata selama “pendudukan Israel” masih ada.

Israel dan AS mengatakan Hamas tidak boleh memiliki peran dalam pengaturan Gaza pascaperang.

Serangan militer Israel di Gaza berlanjut pada hari Sabtu, menewaskan sedikitnya 20 warga Palestina di seluruh wilayah kantong itu, kata otoritas kesehatan.

Militer Israel mengatakan telah memulai “aktivitas darat” di lingkungan Jneina di daerah Rafah untuk memperluas apa yang digambarkannya sebagai zona keamanan di Gaza selatan.

Pada tanggal 18 Maret, Israel melanjutkan pengeboman dan operasi darat di Gaza, yang katanya dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan pada Hamas agar membebaskan para sandera.

Baca Juga :  Biodiesel B40 Mandatori Akan Diterapkan di Awal Pemerintahan Prabowo

Sejak itu, Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi kepada puluhan ribu penduduk di beberapa daerah di Jalur Gaza utara dan selatan, dengan alasan penembakan roket ke wilayah Israel.

Lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel di Gaza, kata pejabat Palestina.

Israel memulai ofensifnya setelah ribuan pria bersenjata pimpinan Hamas menyerang komunitas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menculik 251 orang sebagai sandera, menurut penghitungan Israel.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top