Jenewa | EGINDO.co – Kepala UNICEF pada hari Senin (17 Mei) meminta negara-negara G7 untuk menyumbangkan pasokan untuk skema berbagi vaksin COVAX sebagai langkah darurat untuk mengatasi kekurangan parah yang disebabkan oleh terganggunya ekspor vaksin India.
India telah mengekang ekspor vaksin AstraZeneca yang dibuat oleh Serum Institute-nya, yang telah dijanjikan kepada COVAX, untuk digunakan oleh negara itu saat memerangi gelombang infeksi kedua yang masif.
Badan PBB UNICEF, yang bertugas memasok vaksin COVID-19 melalui COVAX, memperkirakan kekurangan pasokan pada 140 juta dosis pada akhir Mei dan sekitar 190 juta pada akhir Juni.
“Berbagi dosis berlebih yang tersedia dengan segera adalah langkah penghentian minimum, penting dan darurat, dan itu diperlukan saat ini,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore, menambahkan bahwa ini dapat membantu mencegah negara-negara yang rentan menjadi hotspot global berikutnya.
Saat para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) bersiap untuk bertemu di Inggris bulan depan, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu mengecam “bencana moral” dari ketidakadilan vaksin, mendesak negara-negara kaya untuk menyumbangkan dosis daripada menggunakannya untuk anak-anak. yang kurang rentan terhadap penyakit parah.
Mengutip penelitian baru dari perusahaan informasi dan analisis ilmiah Airfinity, UNICEF’s Fore mengatakan bahwa negara-negara G7 dapat menyumbangkan sekitar 153 juta dosis jika mereka hanya membagikan 20 persen dari pasokan yang tersedia selama bulan Juni, Juli dan Agustus.
Ini bisa dilakukan sambil tetap memenuhi komitmen untuk memvaksinasi populasi mereka sendiri, katanya tanpa memberikan detail lebih lanjut.
COVAX, yang dijalankan bersama oleh WHO dan aliansi vaksin GAVI, sangat bergantung pada suntikan AstraZeneca, yang menyumbang sebagian besar vaksin yang dialokasikan untuk peluncuran awal karena berupaya menyediakan 2 miliar dosis tahun ini.
UNICEF mengatakan bahwa pembatasan manufaktur lain di luar India juga telah memperlambat pasokan dosis COVAX tetapi penundaan itu diharapkan dapat diselesaikan pada akhir Juni.
Sumber : CNA/SL