Canberra | EGINDO.co – Tiongkok memberikan tekanan yang semakin besar kepada Filipina untuk menyerahkan hak kedaulatannya di Laut Cina Selatan, kata Menteri Pertahanan Nasional Gilberto Teodoro pada hari Selasa (12 November) setelah pertemuan dengan mitranya dari Australia di Canberra.
“Yang kami lihat adalah meningkatnya permintaan Beijing agar kami menyerahkan hak kedaulatan kami di wilayah tersebut,” katanya, seraya menambahkan bahwa Filipina adalah “korban agresi Tiongkok”.
Tiongkok dan Filipina telah berselisih berulang kali tahun ini atas wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan, termasuk Scarborough Shoal, salah satu fitur paling diperebutkan di Asia.
Pertemuan Teodoro dengan mitranya dari Australia Richard Marles, yang kelima sejak Agustus 2023, mencerminkan hubungan keamanan yang semakin erat antara kedua negara, yang keduanya telah menyatakan kekhawatiran tentang aktivitas Tiongkok di wilayah Laut Cina Selatan yang diklaim oleh Filipina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Kedua negara menandatangani kemitraan strategis pada bulan September 2023 dan mengadakan patroli laut dan udara gabungan pertama mereka di Laut Cina Selatan beberapa bulan kemudian. Filipina juga bergabung dalam latihan perang di Australia tahun ini untuk pertama kalinya.
Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, jalur perdagangan tahunan senilai lebih dari US$3 triliun, termasuk bagian-bagian yang diklaim oleh Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Pengadilan Arbitrase Tetap pada tahun 2016 mengatakan klaim Tiongkok tidak memiliki dasar hukum, sebuah putusan yang ditolak Beijing.
Teodoro mengatakan klaim dan perilaku Tiongkok bertentangan dengan hukum internasional dan kesepakatan pertahanan dengan mitra seperti Australia merupakan cara penting untuk mencegah serangan Tiongkok.
“Meskipun mereka (Tiongkok) mengklaim bertindak di bawah naungan hukum internasional, semua orang tahu bahwa apa yang mereka lakukan bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional,” katanya.
“Bukti terbesar dari hal ini adalah tidak ada yang benar-benar mendukung tindakan atau aktivitas mereka.”
Selain hubungan yang lebih erat dengan negara-negara termasuk Australia dan Amerika Serikat, Filipina juga berencana untuk menghabiskan setidaknya US$33 miliar untuk senjata baru termasuk jet tempur canggih dan rudal jarak menengah.
Marles mengatakan Australia ingin bekerja sama lebih erat dengan industri pertahanan Filipina dan akan mengirim tim penilaian teknik ke negara itu awal tahun depan.
Sumber : CNA/SL