Estee Lauder Kena Serangan Siber, Operasi Bisnis Terpengaruh

Estee Lauder kena serangan siber
Estee Lauder kena serangan siber

New York | EGINDO.co – Produsen kosmetik Estee Lauder pada hari Selasa mengatakan bahwa seorang peretas telah mendapatkan sejumlah data dari sistemnya, dan insiden cyber ini menyebabkan, dan diperkirakan akan menyebabkan gangguan lebih lanjut pada beberapa bagian operasi bisnis perusahaan.

Pemilik MAC Cosmetics ini sedang berupaya memulihkan sistem yang terkena dampak dan telah menerapkan langkah-langkah untuk mengamankan operasinya, termasuk mematikan beberapa sistemnya untuk mengurangi insiden tersebut, kata perusahaan dalam sebuah pernyataan.

Estee Lauder, yang juga memiliki merek-merek kosmetik seperti Bobbi Brown dan Tom Ford Beauty, tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut mengenai dampaknya terhadap operasinya, tetapi mengatakan bahwa mereka sedang berusaha memahami sifat dan cakupan data yang dibobol.

Baca Juga :  Credit Suisse Dapat Persetujuan Luncurkan Bisnis Di China

Insiden ini terjadi pada saat yang krusial bagi produsen kosmetik ini, yang pada bulan Mei memperkirakan penjualan dan keuntungan yang lebih lemah untuk tahun ini daripada yang diperkirakan sebelumnya, dengan menyalahkan pemulihan yang lambat di tempat-tempat bebas bea dan tujuan wisata, terutama di Asia.

Serangkaian pembobolan data telah mempengaruhi beberapa perusahaan yang terdaftar di AS selama setahun terakhir.

Pada bulan September, pembuat Grand Theft Auto, Take-Two Interactive Software, mengonfirmasi adanya kebocoran rekaman awal video game populer tersebut, sebelum dirilis, sementara perusahaan transportasi online Uber terpaksa menutup beberapa komunikasi internal selama seminggu setelah terjadi insiden keamanan siber.

Operator nirkabel T-Mobile pada bulan Januari menghadapi serangan siber besar kedua dalam waktu kurang dari dua tahun, yang mengekspos lebih dari 37 juta akun.

Baca Juga :  Jadwal Pelaksanaan UTBK SNBT Gelombang II 2023

Dalam pernyataannya, Estee Lauder mengatakan bahwa pihaknya telah menghubungi penegak hukum dan pakar keamanan siber, tetapi tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar lebih lanjut di luar jam kerja.

Perusahaan yang berbasis di New York ini tidak menyebutkan nama peretas atau entitas peretasnya.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top