Emas Diprediksi Melonjak hingga Akhir Tahun di Tengah Ketidakpastian Global

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co Ketegangan perdagangan global yang dipicu oleh kebijakan tarif Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump, serta konflik geopolitik yang makin memanas, diperkirakan akan memicu lonjakan harga emas dunia hingga akhir tahun 2025.

“Sejak akhir pekan lalu, harga emas telah berada pada kisaran USD 3.357,42 per troy ons,” ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi pada Minggu malam (13 Juli 2025). Menurutnya, tren kenaikan harian masih kuat. Jika momentum ini berlanjut, harga emas dapat mencetak level USD 3.376,60 hingga USD 3.443,70 per troy ons. Namun jika terjadi koreksi, potensi turun hanya sampai USD 3.335,40.

Ibrahim menyebut tiga faktor utama yang mendorong prospek kenaikan harga emas:

  1. Tarif AS yang Masih Berlaku Lama
    AS menargetkan penerapan tarif 35 % atas impor dari Kanada mulai 1 Agustus 2025, diikuti potensi tarif 30 % terhadap Uni Eropa dan Meksiko.

  2. Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
    Penurunan klaim pengangguran dan stabilitas inflasi menciptakan ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga sebanyak satu hingga dua kali pada semester kedua 2025.

  3. Ketegangan Geopolitik yang Memburuk
    Konflik Israel–Gaza belum mereda, sementara AS mengancam sanksi berat ke Rusia yang mendapat tanggapan keras dari Moskow. Situasi ini semakin memicu arus ke aset safe‑haven seperti emas.

Dalam jangka panjang, konflik Rusia–Ukraina yang tak kunjung usai dan dampak penuh dari perang dagang yang dipicu Trump diprediksi memperparah ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ini mendorong para investor institusional dan bank sentral mengalihkan asetnya ke logam mulia sebagai bentuk lindung nilai.

Ibrahim memproyeksikan harga emas bisa menyentuh USD 3.600 per troy ons menjelang akhir tahun, dengan indeks dolar AS naik dari sekitar 98,22 ke 102, menekan nilai tukar rupiah ke kisaran Rp 16.000–16.800 per USD—jika tidak terjadi dinamika eksternal tak terduga.

  • Reuters melaporkan bahwa harga emas spot pada 14 Juli mencapai level tertinggi dalam tiga pekan, dipicu pengumuman tarif 30 % AS terhadap Uni Eropa dan Meksiko yang mulai berlaku 1 Agustus, serta meningkatnya permintaan sebagai aset perlindungan amid data inflasi AS yang ditunggu dan potensi pemangkasan suku bunga lebih dari 50 basis poin tahun ini.

  • Menurut The Australian / World Gold Council, bank-bank sentral di seluruh dunia secara konsisten membeli lebih dari 1.000 ton emas setiap tahun selama tiga tahun terakhir. Sebanyak 95 % bank sentral memperkirakan pembelian emas akan terus meningkat, dengan tren diversifikasi cadangan dari dolar AS menjadi bullish utama bagi harga emas—hingga menembus USD 3.500 per ons pada April 2025.

Dengan berbagai faktor yang saling memperkuat—mulai dari ketegangan perdagangan, ekspektasi suku bunga rendah, hingga konflik geopolitik—outlook jangka pendek hingga menengah untuk harga emas tetap sangat cerah. Namun, investor tetap perlu mencermati potensi koreksi bila risiko global mereda di kemudian hari.

Sumber: rri.co.id/Sn

Scroll to Top