Emas Cetak Rekor Historis di US$ 3.500; Saham Tambang BEI Langsung Menguat

ilustrasi
ilustrasi

Jakarta|EGINDO.co  Harga emas dunia kembali mencatatkan lonjakan spektakuler, menembus level psikologis sebesar US$ 3.500 per troy ounce. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya sentimen pelonggaran suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik global yang masih tinggi.

Mengutip Bloomberg, harga emas spot sempat menguat 0,9% hingga mencapai US$ 3.508,73 per troy ounce pada sesi perdagangan Asia—melampaui rekor tertinggi sebelumnya yang tercatat pada April lalu. Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak lebih dari 30%, menjadikannya salah satu komoditas berkinerja terbaik sepanjang tahun.

Sementara itu, laporan dari Liputan6 menyebut bahwa pada perdagangan siang Senin (1/9), harga emas dunia telah menembus US$ 3.486 per troy ounce, dan masih berpotensi mencapai level US$ 3.500 dalam dua hari ke depan.

Dampak ke Bursa Efek Indonesia: Saham Tambang Emas Merangsek

Kenaikan harga emas langsung mencerminkan performa positif saham-saham tambang emas di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi I perdagangan Selasa (2/9):

  • PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) – melonjak 11,84% ke Rp 850, volume transaksi mencapai 227,8 juta saham (nilai: Rp 186 miliar).

  • PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) – naik 9,24% ke Rp 520, with volume sebesar 1,2 miliar saham (nilai: Rp 594,4 miliar).

  • PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) – menguat 6,88% ke Rp 3.420, volume 287,8 juta saham (nilai: Rp 971,3 miliar).

  • PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) – meningkat 4,29% ke Rp 730 (nilai transaksi Rp 44,3 miliar).

  • PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) juga mencatat penguatan masing-masing sekitar 4,02% dan 3,36%.

Faktor Pendukung: The Fed, Geopolitik, dan Sentimen Investor

Menurut analis UBS Group AG, Joni Teves, pasar kini memanfaatkan emas sebagai alternatif hedging di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Ia menjelaskan bahwa lingkungan suku bunga yang rendah, pelemahan data ekonomi, dan ketidakpastian geopolitik memperkuat peran emas sebagai diversifikasi portofolio.

Pasar juga menantikan laporan ketenagakerjaan Non-Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat yang rencananya diumumkan Jumat ini. Data yang melemah berpotensi memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed dan semakin mendongkrak daya tarik emas.

Sementara itu, dinamika politik di AS kembali menjadi sentimen eksternal yang mempertebal minat terhadap aset safe haven. Presiden Donald Trump kembali melancarkan kritik terhadap independensi The Fed serta menggulirkan upaya hukum terhadap Gubernur Lisa Cook. Tambahan lagi, putusan pengadilan banding federal yang menyatakan bahwa sebagian tarif Trump bersifat ilegal turut menambah ketidakpastian pasar.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Scroll to Top