Eks Menkumham Persoalkan Pejabat Menjadi Korban Kebohongan

Mantan Menteri Hukum Dan HAM, Hamid Awaluddin
Mantan Menteri Hukum Dan HAM, Hamid Awaluddin

Jakarta | EGINDO.com      – Mantan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia, Hamid Awaluddin menyayangkan pemerintah maupun pejabat selalu terlibat menjadi korban kebohongan yang terkait hibah dari seseorang.

Sebagai akademisi, dia mengaku heran jika ada pemerintah maupun pejabat yang langsung percaya dengan adanya janji-janji memberikan hibah.

Apalagi, mereka juga mengupacarakan penyerahan hibah itu hanya simbolis.

“Ada persoalan mendasar, kenapa harus diupacarakan dan melibatkan pejabat? Apa itu pusat, daerah dan sebagainya.

Dan itulah makanya, saya mengatakan pencederaan akal sehat para pejabat kita,” kata Hamid dalam Live Talk Tribunnews ‘Misteri Sumbangan Rp2 Triliun dan Pelecehan Akal Sehat Pejabat’ secara daring pada Selasa (3/8/2021).

Baca Juga :  Syarat Dan Daftar Ikut Mudik Gratis Kemenhub 2023, Moda Bus

Ia menuturkan hal tersebut sekaligus menjawab terkait dana hibah Rp 2 triliun yang berasal dari keluarga alm Akidi Tio yang diduga tidak ada.

Sejak awal, hal ini dinilainya sulit dipercaya dan mencederai akal sehatnya sebagai akademisi.

Selain kasus dana hibah di atas, dia mencatat pemerintah maupun pejabat kerap turut terlibat upacara seremonial pemberian hibah yang setelah diusut belum berjalan.

Misalnya usai gempa bumi di sejumlah daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Palu.

“Waktu saudara saudara kita di Palu dengan likuifaksi dan NTB dengan bencana alam, ada lagi konglomerat yang datang mendeklarasikan akan membangun 1.500 unit rumah cuma cuma baik di Palu, dan 1.500 unit rumah di NTB.

Baca Juga :  Prajurit Travis King Ditahan AS Setelah Diusir Korea Utara

Dan belum pernah mendengar itu telah terbangun sampai saat ini,” jelasnya.

Hamid juga menyayangkan banyaknya masyarakat yang langsung percaya dengan hibah-hibah dari kelompok tertentu yang sejak awal tidak masuk akal sehat.

“Saya selalu menggunakan analogi bahwa di tengah himpitan karena pandemi belum kalau ada orang yang ngomong untuk keluar dari pandemi itu minum Baygon campur bedak purol itu pun bakal dipercaya. Karena kita ingin keluar himpitan.

Apalagi kalau menjanjikan Rp2 triliun kan, suasana batin keterhimpitan yang buat orang euphoria manakala ada memberikan janji,” tukasnya.

Sumber: tribunnews/Sn

 

Bagikan :
Scroll to Top