Ekonomi Digital ASEAN Capai Dua Triliun Dolar Di 2030

Symposium on Digital Economy and Sustainability
Symposium on Digital Economy and Sustainability

Jakarta | EGINDO.co – Nilai ekonomi digital ASEAN diproyeksi akan mampu meningkat dua kali lipat mencapai dua triliun dolar AS pada 2030. Hal tersebut karena adanya Digital Economic Framework Agreement (DEFA).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam simposium “Digital Economy and Sustainibility” di Jakarta, mengatakan dengan adanya Digital Economic Framework Agreement diharapkan angkanya menjadi double, menjadi dua triliun dolar AS di tahun 2030.

Sebelum adanya DEFA, katanya, ekonomi digital ASEAN diprediksi tumbuh senilai 330 miliar dolar AS pada 2025, hingga satu triliun dolar AS pada 2030. DEFA merupakan kerangka kerja sama yang menyediakan peta jalan (roadmap) komprehensif untuk memberdayakan dunia usaha dan pemangku kepentingan (stakeholder) di kawasan ASEAN, melalui percepatan pertumbuhan perdagangan, peningkatan interoperabilitas, penciptaan lingkungan digital yang aman, serta peningkatan partisipasi UMKM.

Baca Juga :  Sinar Mas Land Raih Penghargaan ASEAN Energy Awards 2023

Menko Airlangga dalam siaran pers yang dikutip EGINDO.co menjelaskan 40 persen dari total nilai ekonomi digital ASEAN saat ini berasal dari Indonesia. Oleh karena itu, dengan adanya DEFA, ekonomi digital Indonesia juga diperkirakan akan ikut tumbuh mencapai 400 miliar dolar AS pada 2030 mendatang.

Dari segi bruto barang dagang atau gross mechandise value (GMV) tahun 2022, ASEAN mencatatkan GMV sebesar 194 miliar dolar AS, meningkat 90 persen sejak tahun 2019. Di  Indonesia katanya, GMV tercatat 70 miliar dolar AS, dan pada 2025 nanti diperkirakan akan tumbuh sekitar 150 miliar dolar AS. Asia Tenggara juga menjadi rumah bagi lebih dari 4.500 startup, serta di Indonesia sendiri ada lebih dari 2.000 startup.

Baca Juga :  Pemakaman Ratu Elizabeth 'Akan Menyatukan' Dunia

Melalui kepemimpinan Indonesia di ASEAN, Menko Airlangga menyampaikan pihaknya tengah mendorong tiga isu utama yang mencakup isu pemulihan ekonomi (recovery building), ekonomi digital (digital economy), serta keberlanjutan (sustainability).

Pada kesempatan yang sama, President of Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) Tetsuya Watanabe menyampaikan, pengembangan ekonomi digital di kawasan juga perlu disertai dengan aspek keberlanjutan. Adanya kolaborasi bersama antar sektor mulai dari pemerintah hingga sektor swasta guna menciptakan transformasi ekonomi digital yang berkelanjutan di kawasan ASEAN dan Asia Timur.@

Rel/fd/timEGINDO.co

 

Bagikan :
Scroll to Top