Eka Tjipta Widjaja Menjadi Kontraktor, Harga Kopra Anjlok

Produksi Kelapa di Selayar, pulau kecil di selatan Sulawesi dijadikan Kopra sampai tahun 2022
Produksi Kelapa di Selayar, pulau kecil di selatan Sulawesi dijadikan Kopra sampai tahun 2022

Mengenang Lima Tahun Meninggalnya Eka Tjipta Widjaja

Oleh: Fadmin Malau

KEBIJAKAN pemerintah Jepang dalam bidang ekonomi membuat rakyat Indonesia terpuruk karena Jepang bermaksud menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis bagi kepentingan militer sekaligus industri-industrinya. Faktanya Jepang mengendalikan seluruh aktivitas perekonomian, semua sumber daya, mulai dari sandang, pangan, logam dan minyak untuk kepentingan perang.

Kebijakan pemerintah Jepang selama di Indonesia menyita seluruh hasil perkebunan yakni teh, kopi, karet, tebu. Kemudian pabrik, bank dan perusahaan-perusahaan penting. Banyak lahan pertanian terbengkalai disebakan kebijakan pemerintah Jepang yang fokus pada industri perang. Akhirnya berdampak kepada krisis pangan, kemiskinan dan kelaparan rakyat Indonesia. Bisnis peternakan babi yang dikelola Eka Tjipta Widjaja turut terdampak sehingga harus menjual peternakan babi itu. Kondisi perekonomian yang kurang baik pada era pemerintahan Jepang di Indonesianya membuat Eka Tjipta Widjaja harus berjuang keras.

Ketika era pemerintahan Jepang di Indonesia muncul tekad Eka Tjipta Widjaja yakni semangat pantang menyerah, terus berusaha keluar dari berbagai tantangan. Tidak bisa berkembang ternak Babi, beralih membuat pabrik roti dari modal menjual ternak babi. Pabrik roti yang dirintis Eka Tjipta Widjaja bisa untung meskipun tidak untung besar. Artinya kurang memiliki prospek yang cerah maka dari keuntungan pabrik roti itu Eka Tjipta Widjaja berbisnis barang grosir. Hal yang menguntungkan atau peluang dengan berjualan makanan dan minuman, Eka Tjipta bisa dekat dengan tentara Jepang. Benar saja ketika berjualan makanan dan minuman maka Eka Tjipta Widjaja banyak bertemu dengan pembeli para tentara Jepang.

Baca Juga :  Makanan Khas Imlek, Ternyata Penuh Makna

Pertemuan dengan banyak tantara Jepang yang membeli makanan dan minuman di warung milik Eka Tjipta Widjaja membuat dirinya mendapatkan banyak informasi tentang pembuangan barang-barang oleh para tentara Jepang itu. Eka Tjipta Widjaja berupaya mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan membuka peluang untuk dapat melobby tentara Jepang agar Tepung, Semen dan Gula yang dibuang itu bisa diberi kepadanya. Berkat pendekatan yang baik, lobby yang baik dari Eka Tjipta Widjaja akhirnya bisa bertemu dengan pimpinan tentara Jepang. Keinginannya disampaikan dan keberuntungan ditangannya. Pimpinan tentara Jepang itu mengizinkan Eka Tjipta Widjaja untuk mengambil Tepung, Semen dan Gula yang dibuang itu untuk dirinya.

Dirinya sangat senang, begitu diizinkan oleh pimpinan tentara Jepang untuk mengambil barang-barang yang dibuang itu maka Eka Tjipta Widjaja bersama anak-anak kampungnya membawa barang-barang tersebut ke rumahnya. Barang barang yang terkumpul itu dalam jumlah besar dan Eka Tjipta Widjaja menciptakan satu gagasan baru yakni dengan terkumpulnya barang barang itu dalam jumlah besar maka berpeluang menjadi sebagai kontraktor.

Bermodalkan barang barang yang terkumpul dalam jumlah besar itu, Eka Tjipta Widjaja menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Tidak ada masalah sebab sudah memiliki banyak semen, besi dan beton. Disamping berjualan makanan dan minuman untuk para tentara Jepang, bisnis baru Eka Tjipta Widjaja sebagai kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Bisnis barunya itu ternyata berjalan lancar dan sukses. Namun, kesuksesannya sebagai kontraktor tetapi tidak bertahan lama sebab bahan baku mulai habis akibat banyak kuburan orang kaya yang dibuatnya.

Baca Juga :  British Airways Dan IAG Melaporkan Kerugian $ 1,3 Miliar

Akhirnya tidak ada pilihan lain, Eka Tjipta Widjaja harus berhenti menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya akan tetapi meskipun harus berhenti dirinya sudah mendapatkan uang dari sebagai kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Kemampuan Eka Tjipta Widjaja membaca kondisi yang ada ternyata sangat baik. Faktanya, Eka Tjipta Widjaja cepat beralih kepada bisnis lain ketika terjadi masalah pada bisnis yang sedang dilakukannya. Habisnya bahan baku untuk membuat kuburan orang kaya maka Eka Tjipta Widjaja mencari peluang bisnis lain. Keuntungan dari bisnis kontraktor membuat kuburan orang kaya itu Eka Tjipta Widjaja menjadikan modal untuk menjadi pedagang kopra.

Dalam usia yang sangat muda, Eka Tjipta berdagang kopra. Eka Tjipta Widjaja muda harus berlayar berhari-hari ke Selayar atau daerah Sulawesi Selatan dan daerah daerah sentra penghasil Kopra. Tujuannya mendatangi daerah sentra penghasil Kopra agar mendapatkan kopra yang harganya murah. Usaha pantang menyerah dan melakukan bisnis Eka Tjipta Widjaja mulai berhasil. Namun, keadaan kala itu pemerintah Jepang sedang berkuasa di Indonesia maka segala sesuatunya ditentukan oleh penjajah Jepang.

Jepang mengeluarkan aturan berdagang Kopra. Aturan itu membuat usaha Eka Tjipta Widjaja mengalami kerugian dan tidak mampu untuk bertahan melanjutkan berdagang kopra. Bisnis Eka Tjipta Widjaja terancam bangkrut, bisnis Kopra mengalami kebangkrutan disebabkan peraturan pemerintah Jepang yang berkuasa di Indonesia menurunkan harga Kopra. Aturan itu membuat Eka Tjipta Widjaja tidak berdaya karena uangnya telah habis untuk membeli Kopra di Pulau Selayar. Kala itu Kopra yang dibeli Eka Tjipta Widjaja masih di kapal, muncul pengumuman pemerintah Jepang lewat siaran radio yang memberitakan pemerintah Jepang menurunkan harga Kopra. Penurunan harga Kopra itu lebih murah dari yang telah dibeli Eka Tjipta Widjaja dari para petani maka tidak ada kata lain selain Eka Tjipta Widjaja harus menanggung kerugian besar dan kala itu hartanya tinggal rumah dan mobil Cadillac.

Baca Juga :  Knesset Memilih Pemerintahan Baru,Akhiri Kekuasaan Netanyahu

Kopra dari tanaman Kelapa telah berjasa dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia karena biaya perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia untuk membeli logistik, persenjataan dan amunisi hampir separuhnya diperoleh dari hasil perdagangan kopra. Mengutip buku Rasyid Asba berjudul “Kopra Makassar, Perebutan Pusat dan Daerah” terbitan tahun 2012, Penerbit Pustaka Obor menyebutkan pasca kemerdekaan Indonesia, biaya diplomasi internasional, pembangunan infrastruktur, gedung dan perkantoran dari hasil perdagangan kopra.

Besarnya kontribusi kelapa atau Kopra dibeberkan dalam buku “Kopra Makassar, Perebutan Pusat dan Daerah” dimana menurut Rasyid Asba, sebesar 40 persen pendapatan pemerintahan pada masa itu berasal dari kopra. Kelapa atau Kopra juga mendidik dan melahirkan pengusaha besar dan handal Indonesia, Eka Tjipta Wijaya saat memulai usahanya berdagang kopra di Makassar. Eka Tjipta Wijaya bahkan dengan gigih berlayar untuk mencari kopra di pusat produksi kelapa di Selayar, pulau kecil di selatan Sulawesi. (BERSAMBUNG besok bagian kesembilan)

***

Bagikan :
Scroll to Top