Eka Tjipta Widjaja Jual Rumah, Bayar Hutang Meski Bangkrut

Eka Tjipta Widjaja Sikap Personal Guarantee bisnismen
Eka Tjipta Widjaja Sikap Personal Guarantee bisnismen

Mengenang Lima Tahun Meninggalnya Eka Tjipta Widjaja

Oleh: Fadmin Malau

INDONESIA merdeka, 17 Agustus 1945, atas nama Bangsa Indonesia Dr. Ir. Soekarno dan Dr. Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka ternyata keadaan masih belum stabil atau masih masih terjadi masalah pada sejumlah daerah di Indonesia. Keadaan kacau masih terjadi pada bidang ekonomi, terjadinya inflasi tinggi disebabkan masih banyak beredar mata uang Jepang yang belum dapat dikendalikan.

Disamping itu meskipun Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya, akan tetapi kembali datang Sekutu beserta NICA dengan alasan ingin kembali menegakkan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Tidak itu saja akan tetapi adanya tindakan blokade pemerintah Belanda menyebabkan semakin menyulitkan ekonomi di Indonesia. Dampak dari blokade itu menyebabkan barang-barang dari dalam negeri tidak dapat di ekspor ke luar negeri.

Kala itu Eka Tjipta Widjaja berbisnis grosir untuk bahan kebutuhan pokok masyarakat. Memang Eka Tjipta Widjaja selalu menjalankan bisnis yang terkait dengan kebutuhan hajat orang banyak, terkait dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Menurutnya, berbisnis terkait dengan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat memiliki prospek yang baik dan sekaligus dapat langsung membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

Dalam menjalankan bisnis grosirnya pada tahun 1950, Eka Tjipta Widjaja bertemu dengan seorang perwira Corps Intendans Angkatan Darat, namanya Kapten Surario. Perwira Corps Intendans Angkatan Darat itu sedang membutuhkan teh, sirup, rokok, abon, dendeng, sabun dan bawang putih untuk kesatuannya.

Menurut ceritanya yang dilansir dari Majalah Eksekutif, edisi terbitan Mei 1989 bahwa perwira itu telah mendatangi berbagai toko grosir di Kota Makassar, akan tetapi mengalami masalah sebab toko grosir di Kota Makassar pembayarannya dengan pakai sistem utang tidak diperkenankan dan keinginan dari Kapten Surario ditolak. Akhirnya bertemu dengan grosir milik Eka Tjipta Widjaja. “Karena yang mau utang tentara, nanti mereka tidak bayar,” kata Eka Tjipta Widjaja memberi alasan mengapa toko-toko grosir lain di Kota Makassar menolak keinginan Kapten Surario.

Baca Juga :  Akhir Pekan, Crowd Free Night Diberlakukan Di Jakarta

Namun, berbeda dengan grosir milik Eka Tjipta Widjaja, menyanggupi permintaan Kapten Surario. “Saya bilang, saya percaya tentara. Saya yakin mereka akan bayar,” kata Eka Tjipta Widjaja.

Keyakinan Eka Tjipta Widjaja terkabul, Kapten Surario melunasi utangnya sebulan kemudian. “Akhirnya saya terus kerja memasok kebutuhan mereka,” katanya dalam wawancara dengan Majalah Eksekutif dan sejak itu diakuinya hubungannya dengan tentara terbentuk.

Masih dari hasil wawancara dengan Majalah Eksekutif, edisi terbitan Mei 1989 bahwa kemudian Kapten Surario menjadi pemimpin perusahaan Belanda yang dinasionalisasi pada akhir 1950-an.

Selanjutnya Surario semakin percaya dengan Eka Tjipta Widjaja dan begitu pula sebaliknya. Kemudian Surario semakin percaya dengan Eka Tjipta Widjaja maka memperkenalkan Eka Tjipta Widjaja kepada para perwira militer lainnya.

Diakui Eka Tjipta Widjaja dalam wawancara itu bahwa dirinya banyak dibantu memberikan jalan dalam pengembangan bisnisnya. Aturan yang dibuat Pemerintah Jepang membuat Eka Tjipta Widjaja tidak berdaya karena uangnya telah habis untuk membeli Kopra di Pulau Selayar. Pasalnya, kala itu Kopra yang dibeli Eka Tjipta Widjaja masih di kapal, muncul pengumuman pemerintah Jepang lewat siaran radio yang memberitakan pemerintah Jepang menurunkan harga Kopra.

Pengumuman penurunan harga Kopra itu sangat membuat Eka Tjipta Widjaja bingung. Hal itu karena pengumuman penurunan harga Kopra itu lebih murah dari yang telah dibeli Eka Tjipta Widjaja dari para petani. Kebijakan atau aturan yang dibuat Pemerintah Jepang membuatnya tidak ada kata lain selain harus menanggung kerugian besar. Habis semua modal yang dimiliki Eka Tjipta Widjaja, tidak ada yang tersisa, habis dan yang tersisa kala itu hartanya tinggal rumah dan mobil Cadillac.

Baca Juga :  First Park Condominium Akan Terjual Habis Akhir Maret

Lagi lagi Eka Tjipta Widjaja pantang menyerah dengan keadaan yang dialaminya. Rumah dan mobil Cadillac yang tinggal miliknya dijual untuk mendapatkan uang. Mengapa harus menjual rumah dan mobil Cadillac? Hal itu karena Eka Tjipta Widjaja harus membayar utang kepada temannya yang dipinjam ketika berdagang Kopra. Sulit ditemukan orang seperti Eka Tjipta Widjaja sebab dalam kondisi bisnis rugi akan tetapi tetap berkomitmen untuk membayar utang.

Prinsip hidup yang berpedoman kepada nilai-nilai luhur, integritas, perilaku positif, loyal dan setia dalam menjalankan bisnis dilakukan Eka Tjipta Widjaja. Bisnis Eka Tjipta Widjaja penuh lika-liku, sering menemui jalan buntu, kegagalan seperti kala berbisnis Kopra mengalami kebangkrutan disebabkan peraturan pemerintah yang menurunkan harga Kopra. Dari kondisi yang dialami Eka Tjipta Widjaja biasanya banyak orang yang menghindar dari kewajibannya sebab memiliki alasan sedang bangkrut. Bisa saja Eka Tjipta Widjaja tidak mau membayar utang kepada temannya sebab temannya juga mengetahui bahwa Eka Tjipta Widjaja sedang rugi besar berbisnis Kopra. Para temannya yang meminjamkan modal juga mengetahui penyebab kerugian Eka Tjipta Widjaja disebabkan adanya peraturan pemerintah Jepang yang menurunkan harga Kopra dibawah harga Kopra yang telah dibeli Eka Tjipta Widjaja dari para petani.

Mengetahui hal itu teman-teman Eka Tjipta Widjaja juga sudah pasrah dengan bantuan modal yang dipinjamkan kepada Eka Tjipta Widjaja, mereka memastikan akan sulit bagi Eka Tjipta Widjaja untuk membayar utang utangnya. Kepasrahan teman teman Eka Tjipta Widjaja itu dijawab dengan kebijakan yang diambilnya yakni utang harus dibayar dalam kondisi bagaimanapun juga. Didasari semangat pantang menyerah, berpedoman kepada nilai-nilai luhur, integritas dan berkomitmen Eka Tjipta Widjaja membayar lunas utang-utangnya.

Baca Juga :  Rusli Tan: PPKM Jangan Dihapus, Vaksinasi Harus Dituntaskan

Teman teman Eka Tjipta Widjaja tidak menyangka modal yang mereka pinjamkan juga dibayar Eka Tjipta Widjaja sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Teman-temannya bertanya tanya dari mana uang didapat Eka Tjipta Widjaja membayar utang utangnya. Ternyata Eka Tjipta Widjaja berani menjual rumah dan mobilnya. Kemudian dari uang hasil penjualan rumah dan mobil Cadillac itu untuk membayar utang kepada teman yang uangnya dipinjam.

Eka Tjipta Widjaja tidak mau lari dari tanggungjawab meskipun uang dari hasil menjual rumah dan mobil Cadillac itu hanya cukup untuk membayar utang utangnya, Eka Tjipta Widjaja akhirnya tidak memiliki apa-apa lagi. Uang hasil penjualan rumah dan mobil diberikan kepada teman untuk membayar utang dan uangnya habis. Lalu apa yang terjadi? Berkat komitmen dan berpedoman kepada nilai-nilai luhur, utang harus dibayar maka teman-temannya yang meminjamkan uang tetap percaya. Akhirnya Eka Tjipta Widjaja dipercaya temannya untuk dipinjamkan uang lagi sebagai modal usaha. Eka Tjipta Widjaja menjadi seorang memiliki Personal Guarantee bisnismen yang baiknya.

Sikap Personal Guarantee bisnismen yang dimiliki Eka Tjipta Widjaja membuat semua pihak dari dalam dan luar negeri selalu percaya kepadanya dan mau bekerjasama dengannya karena dalam kondisi perusahaan rugi saja Eka Tjipta Widjaja tetap berkomitmen membayar utang. Sudah pasti ketika perusahaan untung maka Eka Tjipta Widjaja bukan saja membayar utangnya akan tetapi akan membagi keuntungannya.  (BERSAMBUNG besok bagian kesepuluh)

***

 

Bagikan :
Scroll to Top