Jakarta | EGINDO.com – Pengamat sosial, ekonomi kemasyarakatan Dr. Rusli Tan, SH, MM meminta agar Pemerintah Indonesia melakukan evaluasi atas kebijakan membuat produk Amerika Serikat (AS) dikenakan tarif 0 persen masuk ke Indonesia.
Hal itu dikatakannya kepada EGINDO.com pada Kamis (24/7/2025) di Jakarta menanggapi dimana Indonesia telah membuat produk AS dikenakan tarif 0 persen masuk ke Indonesia dalam beberapa pekan terakhir ini.
Menurutnya dengan diberlakukannya kebijakan membuat produk Amerika Serikat (AS) dikenakan tarif 0 persen masuk ke Indonesia tentunya produk barang barang import dari Amerika Serikat akan murah dan membanjiri Indonesia. “Dengan kebijakan produk Amerika Serikat dikenakan tarif 0 persen masuk ke Indonesia tentunya akan lebih murah dan bila murah maka akan meningkatkan daya beli masyarakat yang selama ini terpuruk,” katanya.
Menurut Rusli Tan tentunya mobil mobil mewah sudah banyak masuk ke Indonesia dan dibeli masyarakat Indonesia karena harganya sudah murah, sebab dikenakan tarif biaya masuk nol persen ke Indonesia. “Mobil produk Jepang seperti Avanza dan lainnya nanti tidak dipakai lagi karena mobil produk Amerika Serikat lebih murah,” katanya.
Bukan saja mobil mewah akan tetapi semua produk Amerika yang dikenakan tarif masuk nol persen masuk ke Indonesia seperti Gandum yang nantinya mempengaruhi produk pangan Indonesia seperti beras. “Nantinya kalau lebih murah harga gandum maka kita semua akan makan roti saja, tidak lagi makan nasi sebab akan lebih mahal harga beras dan petani padi siap-siap kalau nanti masyarakat Indonesia lebih banyak maka roti atau gandum,” katanya memprediksi.
Untuk itu Rusli Tan meminta agar pemerintah dan DPR RI perlu membentuk satu tim mengevaluasi apa dampaknya seperti import kacang kedelai yang memiliki pengaruh banyak kepada produk makanan yakni tahu dan tempe, makanan ternak dan produk makanan lainnya. “Nah, signifikan tidak dengan harga-harga di pasar, apakah harga turun atau tidak ada pengaruh sama sekali, harga tidak turun. Harganya turun sebab dahulu tarif masuk sampai tiga puluh lima persen dan sekarang nol persen,” kata Rusli Tan.
Dipertanyakannya juga dengan produk barang mewah lainnya seperti mobil, moge dan lainnya, apakah harganya turun atau sebaliknya harganya naik. Untuk itu perlu dievaluasi agar nanti diketahui apa dampak dari kebijakan produk Amerika Serikat dikenakan tarif 0 persen masuk ke Indonesia.
Menurutnya kalau harga harga pangan import dari Amerika Serikat seperti tahu, tempe, roti dan makanan lainnya harganya turun, itu pertanda bagus. Namun, bila tidak turun harganya atau sama saja harganya akan Pemerintah Indonesia perlu melakukan negoisasi lagi dengan Amerika Serikat. Untuk itu kata Rusli Tan perlu ada tim evaluasi yang kridibel melibatkan semua unsur di dalamnya termasuk para pakar dari akademisi. “Nah, setiap kebijakan itu setelah diimplementasi setahun dan dua tahun harus diketahui apa hasilnya. Apa bila hasilnya tidak menguntungkan, hasil pengkajian membuktikan tidak menguntungkan maka perlu negoisasi kembali lagi,” katanya menegaskan.
Pengkajian itu sangat penting dan banyak hal katanya sebab sekarang ini daya beli masyarakat lemah dan apa penyebabnya menjadi lemah. Apakah karena harga-harga produk yang mahal atau memang pendapatan masyarakat yang rendah. “Kajian itu perlu agar pemerintah tidak salah mengambil kebijakan seperti sekarang harusnya ekspor dari Indonesia meningkat sebab tarif 19 persen masuk ke Amerika Serikat itu harusnya meningkat eksport produk Indonesia seperti alas kaki dan lainnya,” kata Rusli Tan mempertanyakan.@
Fd/timEGINDO.com