Jakarta | EGINDO.co   -Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai melakukan asesmen terhadap sekolah-sekolah yang akan menggelar uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah untuk tahap kedua.
Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taga Radja Gah mengatakan proses penilaian sekolah tersebut sudah dimulai sejak Senin (26/4) dan berlangsung hingga 4 Mei mendatang.
“Untuk uji coba tahap kedua itu ada assessment tahap kedua tanggal 26 April sampai 4 Mei. Lalu ada verifikasi setelah di-assessment itu, dan diverifikasi tanggal 4-8 Mei. Lalu ada pelatihan tanggal 24 Mei sampai 4 Juni,” jelas Taga saat dihubungi, Selasa (27/4).
Taga mengatakan, asesmen dilakukan terhadap selain 85 sekolah yang sebelumnya telah mengikuti uji coba tatap muka tahap pertama. Seiring proses itu, Disdik DKIÂ mengevaluasi 85 sekolah yang hampir rampung menggelar uji coba pembelajaran tatap muka.
Lebih lanjut, Taga menjelaskan dinasnya berharap ada SMA negeri yang lolos asesmen dan verifikasi tahap kedua kali ini. Sebab, pada uji coba tahap pertama, tidak ada SMA negeri yang lolos untuk mengikuti proyek percontohan (piloting project) tersebut.
Menurut Taga, sejumlah SMA negeri yang tak lolos verifikasi tersebut karena tidak mengantongi izin dari orang tua murid.
“Mudah-mudahan demikian, karena kemarin juga kan mereka isi assessment itu, tapi kan enggak pada lolos verifikasinya,” kata dia.
Taga menambahkan, DKI berencana melakukan uji coba sekolah tatap muka tahap dua pada 7 hingga 24 Juni. Kendati kata dia, kepastian tanggal tersebut pun masih perlu ditinjau ulang.
“Itu baru timeline rencana uji coba tahap kedua, nanti akan diinformasikan lebih lanjut,” tegas dia.
Terkait rencana sekolah tatap muka ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sempat mengingatkan Pemprov DKI Jakarta untuk turut mempertimbangkan perkembangan jumlah kasus Covid-19 sebelum benar-benar melangsungkan pembelajaran secara offline pada Juli kelak.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti khawatir kebijakan sekolah tatap muka justru bakal mengakibatkan lonjakan kasus Covid-19. Apalagi mengingat, bulan-bulan sebelum pelaksanaan merupakan periode libur panjang.
“Nah, liburan sekolah Juni, lalu Juli masuk, kalau terjadi peningkatan kasus ini kan berbahaya,” ucap Retno dalam diskusi daring pada Kamis (22/4).
“KPAI mendorong Pemprov DKI Jakarta mempertimbangkan jumlah kasus Covid-19 saat akan membuka sekolah secara serentak pada Juli 2021 yang akan datang dengan meminta pertimbangan ahli penyakit menular dan IDAI,” imbuh dia.
Retno mengingatkan, pelaksanaan pembelajaran tatap muka cukup berisiko, terlebih bagi peserta didik yang masih di jenjang SD dan PAUD. Menurutnya, pada jenjang ini penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 pun akan lebih sulit.
Sementara itu pelaksanaan uji coba tahap pertama pembelajaran tatap muka di DKI hampir rampung digelar. Tim dari dinas pendidikan pun telah menyusun evaluasi proses ini.
Diketahui bahwa pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap pertama mendekati masa akhir. Sejumlah murid di 85 sekolah sejak 7 April lalu mengikuti proses uji coba ini hingga 29 April besok.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta mengklaim hasil evaluasi sementara menunjukkan uji coba pembelajaran berjalan baik. Salah satu indikator positif menurut Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taga Radja Gah adalah tingkat partisipasi murid mengikuti pembelajaran yang meningkat. Setidaknya berdasarkan pengamatan hingga 21 April.
“Dari tanggal 7 sampai 21 April itu anak-anak yang hadir di PTM itu meningkat. Khususnya antusias pada siswa kelas 6, 9 dan kelas 12,” tutur Taga.
Selain itu kata dia, selama pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka, dinas mengaku belum menerima laporan maupun menemukan kasus terkonfirmasi positif Covid-19.
Hasil evaluasi sementara pun menunjukkan bahwa selama uji coba tidak ada penolakan dari lingkungan sekolah.
“Kemudian seluruh guru alhamdulillah sudah divaksin, kelima sekolah senantiasa melakukan protokol kesehatan yang ketat. lalu yang terakhir, ini evaluasi yang kami dapati telah terjadi komitmen kerja sama antara stakeholder terkait, yaitu sekolah psukesmas, Satpol PP, tokoh masyarakat,” ungkapnya.
Menurut Taga, penerapan protokol kesehatan di sekolah sudah berjalan baik. Dia memastikan hal tersebut karena fungsi guru di sekolah selama uji coba pembelajaran tatap muka tak sekadar mengajar.
“Karena memang teman-teman guru bukan hanya melaksanakan tatap muka saja, tapi karena ada pengontrolan dan pengawasan. Jadi di situ sebagian mengawasi, sebagian mengajar,” jelas Taga.
“Contoh SMK 16, tiap lorong ada petugas yang mengawasi. Jadi kalau ada anak bobol masker, dilepasin, dikasih tahu. Maskernya diingatkan. Apalagi SD akan dilakukan demikian,” ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, sebanyak 85 sekolah dari semua jenjang pendidikan mengikuti uji coba tatap muka mulai 7 hingga 29 April mendatang. Skema uji coba, para siswa tiap jenjang sekolah belajar tatap muka secara bergantian.
Pada Senin, siswa yang melakukan belajar tatap muka adalah kelas 4 SD, 7 SMP, dan 10 SMA. Lalu, pada hari Rabu, siswa yang melakukan pembelajaran adalah kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA. Hari Jumat, kelas 6 SD, 9 SMP, dan 12 SMA.
Dalam pelaksanaannya, Pemprov DKI membatasi jumlah siswa di setiap kelas maksimal 50 persen dari kapasitas. Selain itu, materi pembelajaran adalah bersifat esensial, tidak ada olahraga, ekstrakurikuler, serta kantin dan perpustakaan tutup.
Sumber: CNN Indonesia.com/Sn