Jakarta|EGINDO.co Pemerhati masalah transportasi dan hukum Budiyanto menjelaskan, Masalah mendasar penyebab kemacetan terutama di kota – kota besar termasuk Jakarta adalah pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak terkendali di satu pihak dan di pihak lain tidak diimbangi dengan pembangunan infrastruktur jalan.
Lanjutnya, Di Jakarta perkembangan kendaraan bisa menyentuh 5 % sampai dengan 6 % pertahun, sedangkan pertumbuhan pembangunan jalan hanya kurang lebih : 0,01 % , mengingat harga tanah yang tinggi karena sebagian besar sampai dengan terisi hunian rumah tempat tinggal, bangunan perkantoran, kantor Pemerintah, sentral ekonomi dan sebagainya.
Ia katakan, Secara teori bahwa panjang jalan minimal 15 % dari luas wilayah, sesuai data yang saya dapat dari BPS bahwa Panjang jalan baru sekitar : 5, 3 % dari luas wilayah. Hal ini diperparah dengan disiplin pengguna jalan yang masih kurang, antara lain: parkir liar, menyerobot lampu merah, zig zag, trotoar untuk kaki lima dan sebagainya, sehingga kemacetan tidak dapat dihindari.
Di katakan Budiyanto, Kemacetan berdampak pada terganggunya aktivitas manusia dan dapat menimbulkan stres, kesal dari aspek psikologis, dan kerugian ekonomi yang cukup besar karena aktivitas manusia terganggu. Aktivitas manusia akan tegak lurus dengan nilai – nilai ekonomi, misal: Distribusi atau rantai pasok bahan- bahan pokok terganggu, termasuk kegiatan Jasa. Kemacetan juga akan berdampak pada tingkat polusi.
Mantan Kasubdit Bin Gakkum AKBP ( PÂ ) Budiyanto mengatakan, Dapat disimpulkan bahwa dampak dari kemacetan sangat komplek dan pelik dari mulai masalah ekonomi, aspek psikologi dan dampak lingkungan.
Solusi mengatasi kemacetan harus simultan dari mulai mengedukasi masyarakat agar tertib berlalu lintas menambah kapasitas jalan, pengaturan Quota kendaraan, dan memberlakukan manajemen kebutuhan lalu lintas, antara lain : Pembatasan dan pengaturan lalu lintas ( Gage, ERP ), dan rekayasa lalu lintas lainnya misal : Pemberlakuan SSA dan Contra flow dan sebagainya.
“Tanpa adanya langkah- langkah yang simultan, sulit kemacetan ditangani, ” tegas Budiyanto.
@Sadarudin