Johor | EGINDO.co – Situasi banjir di beberapa negara bagian Malaysia terus memburuk pada hari Minggu (5/3), dengan Johor yang paling parah dilanda banjir dan mencatat lebih dari 44.800 pengungsi.
Negara bagian selatan, yang terguncang oleh hujan deras selama beberapa hari, juga mencatat curah hujan tertinggi dalam empat hari sejak tahun 1991.
Jumlah curah hujan yang tercatat di stasiun Air Panas di kota Segamat untuk periode yang dimulai pada 28 Februari hingga 3 Maret adalah 731 mm – tertinggi dibandingkan dengan curah hujan bulanan tertinggi yang tercatat pada bulan Desember 1991 dan Desember 2006.
Pembacaan yang tercatat pada bulan Desember 1991 adalah 621mm per bulan sementara pada bulan Desember 2006 adalah 599 mm.
Direktur Jenderal Departemen Irigasi dan Drainase, Dr Md Nasir Md Noh, mengatakan bahwa angka tersebut juga lebih tinggi daripada curah hujan bulanan rata-rata untuk bulan Maret di Johor yang mencapai 195 mm.
“Curah hujan yang tinggi menyebabkan semua distrik di Johor terendam banjir yang melibatkan 105 lokasi pada hari Jumat, sementara kedalaman banjir untuk daerah yang terkena dampak berkisar antara satu hingga tiga meter,” katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
Pihak berwenang Johor mengatakan sekitar 13.000 keluarga telah dievakuasi ke 260 pusat bantuan di 10 distrik. Batu Pahat adalah distrik yang paling parah terkena dampak banjir, diikuti oleh Segamat dan Kluang.
Air keruh memutus jalan di Yong Peng, dan foto-foto menunjukkan para pengemudi yang terdampar dan mobil-mobil yang terendam. Beberapa keluarga juga terlihat meninggalkan rumah mereka dengan anak-anak kecil yang dibantu oleh pelampung.
Di negara bagian tetangga, Pahang, hampir 3.000 orang telah dievakuasi, sementara Melaka, Selangor, dan Negeri Sembilan mencatat total sekitar 1.100 orang yang saat ini mencari tempat perlindungan.
Polisi mengatakan setidaknya empat orang telah meninggal sejak hari Rabu, termasuk seorang pria yang mobilnya tersapu banjir dan pasangan lansia yang tenggelam.
Kementerian Kesehatan mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka akan memantau kasus-kasus penyakit yang ditularkan melalui air setelah banjir, terutama leptospirosis dan keracunan makanan.
“Kami juga akan mengerahkan tim lain untuk melakukan pembersihan, terutama di fasilitas kesehatan yang terkena dampak bencana,” kata Menteri Kesehatan Dr Zaliha Mustafa.
Termasuk di dalamnya adalah kegiatan fogging untuk mencegah penyakit menular dan mendirikan klinik keliling untuk memberikan perawatan segera kepada korban banjir.
Petugas kesehatan juga melakukan skrining COVID-19 pada para pengungsi banjir yang ditampung di pusat-pusat bantuan sementara, katanya.
Sumber : CNA/SL