Seoul | EGINDO.co – Para pemimpin Tiongkok dan Korea Utara berjanji pada hari Minggu (6 Oktober) untuk meningkatkan kerja sama bilateral pada peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara, kantor berita negara Pyongyang KCNA melaporkan.
“Saya sangat mementingkan pengembangan hubungan Tiongkok-DPRK,” kata Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pesannya kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menggunakan inisial nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Xi mengatakan Tiongkok siap untuk terus “menulis babak baru” hubungan melalui komunikasi dan kerja sama yang diperkuat.
Tiongkok sejauh ini merupakan mitra dagang terbesar Korea Utara. Keduanya memiliki sejarah yang sama sejak dukungan Beijing terhadap Pyongyang selama Perang Korea 1950 hingga 1953 yang mengakibatkan terbentuknya Korea Utara dan Korea Selatan.
Namun, Tiongkok bereaksi dengan hati-hati pada bulan Juni saat Kim memperdalam hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Tahun ini, Korea Utara dan Rusia menandatangani perjanjian strategis yang mencakup elemen pertahanan bersama.
Dalam pesannya kepada Xi, Kim berjanji untuk “berusaha keras untuk mengonsolidasikan dan mengembangkan hubungan yang bersahabat dan kooperatif antara DPRK dan Tiongkok sebagaimana yang dituntut oleh era baru”.
Korea Utara diperkirakan akan merevisi konstitusinya untuk meninggalkan tujuan lamanya yaitu penyatuan damai dengan Korea Selatan dan mendefinisikan ulang perbatasan antar-Korea, sebuah langkah yang menurut para ahli dapat meningkatkan ketegangan di semenanjung. Korea Utara akan mengadakan sesi parlemen untuk membahas amandemen tersebut pada hari Senin.
Pada bulan Januari, Kim menyerukan perubahan konstitusi untuk memastikan bahwa Korea Selatan dipandang sebagai “musuh utama” dan bahwa Korea Utara harus merencanakan untuk “menduduki, menaklukkan, dan merebut kembali” Korea Selatan jika terjadi perang.
Ada kekhawatiran bahwa Korea Utara akan menyatakan bahwa mereka akan mengejar penyatuan dengan kekerasan, termasuk senjata nuklir, berdasarkan konstitusi yang direvisi, kata Lim Eul-chul, seorang profesor studi Korea Utara di Universitas Kyungnam Korea Selatan.
Pendefinisian ulang wilayah antar-Korea juga bisa menjadi “titik api baru dalam pertikaian antara kedua Korea,” katanya.
Pada hari Jumat, Kim mengatakan negaranya tidak akan ragu untuk menggunakan semua kekuatan ofensif yang tersedia termasuk senjata nuklir jika musuh mencoba menggunakan kekuatan untuk melanggar kedaulatannya.
Sumber : CNA/SL