Beijing | EGINDO.co – Pemimpin Tiongkok Xi Jinping pada hari Jumat (14 November) menggelar karpet merah bagi raja Thailand pertama yang mengunjungi Tiongkok sejak hubungan terjalin 50 tahun lalu. Beijing memanfaatkan kesempatan ini untuk menampilkan diri sebagai tetangga yang baik hati dan mitra ekonomi yang andal.
Kedatangan Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida, serta kunjungan Raja Spanyol Felipe VI dan Ratu Letizia awal pekan ini, telah digambarkan oleh media Tiongkok sebagai hasil dari hubungan yang bersahabat dan sinyal bagi negara-negara lain bahwa Tiongkok adalah mitra yang andal. Hal ini sangat kontras dengan gejolak ekonomi yang dipicu oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kenaikan tarifnya yang tajam tahun ini.
Vajiralongkorn tiba di Beijing pada Kamis sore, memulai kunjungan lima harinya ke negara tersebut hingga 17 November.
Ia bertemu dengan Xi dan istrinya, Peng Liyuan, di Balai Agung Rakyat di jantung ibu kota Tiongkok pada hari Jumat.
Memperkuat Koordinasi Strategis
People’s Daily, surat kabar Partai Komunis Tiongkok, mengutip Xi yang mengatakan bahwa kunjungan Vajiralongkorn ke Tiongkok mencerminkan “kepentingan besar” yang diberikan raja Thailand terhadap hubungan bilateral.
Xi menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Ibu Suri Sirikit, dan mengatakan bahwa keluarga kerajaan Thailand memiliki hubungan yang erat dengan Tiongkok dan telah memberikan kontribusi penting dalam memajukan persahabatan antara kedua negara.
Sang pemimpin Tiongkok mengatakan Tiongkok bersedia memperkuat koordinasi strategis dengan Thailand dan terus mempromosikan kerja sama dalam proyek-proyek besar seperti Kereta Api Tiongkok-Thailand.
Tiongkok juga bersedia memperluas kerja sama di bidang-bidang yang sedang berkembang seperti kecerdasan buatan, ekonomi digital, dan kedirgantaraan, kata Xi seperti dikutip People’s Daily.
Presiden Tiongkok lebih lanjut mengatakan Tiongkok bersedia secara aktif mendukung proyek-proyek kesejahteraan publik keluarga kerajaan Thailand dan memperkuat pertukaran pengalaman dalam pengentasan kemiskinan, serta membantu Thailand meningkatkan mata pencaharian masyarakat.
Menurut laporan People’s Daily, Vajiralongkorn mengatakan ia senang dapat melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok dan bahwa negara tersebut telah mengalami perubahan besar sejak kunjungan sebelumnya. Ia juga mengucapkan selamat kepada Tiongkok atas pencapaian besarnya dalam pembangunan ekonomi dan sosial.
Raja Thailand dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang pada Jumat malam, sebelum menghadiri jamuan makan kenegaraan pada malam harinya.
Selama kunjungan mereka ke Tiongkok, raja dan ratu akan mengunjungi situs-situs budaya dan keagamaan, termasuk kunjungan ke Relik Gigi Suci Buddha di Kuil Lingguang di Beijing, Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 6 November.
Mereka juga akan mengunjungi lembaga-lembaga yang menyoroti perkembangan Tiongkok di bidang-bidang seperti sains dan teknologi. Lembaga-lembaga tersebut termasuk Pusat Kendali Dirgantara Beijing, Pusat Inovasi Robotika Humanoid, dan Pusat Teknologi Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya.
Pasangan kerajaan tersebut dijadwalkan mengunjungi pameran khusus yang merayakan ulang tahun ke-50 hubungan diplomatik Thailand-Tiongkok di Museum Istana di Beijing.
Mereka juga akan meletakkan karangan bunga di Lapangan Tiananmen, menurut pernyataan Biro Rumah Tangga Kerajaan Thailand.
Hubungan bilateral telah berkembang pesat sejak Thailand, yang berpihak kuat kepada Amerika Serikat dalam melawan komunisme selama Perang Dingin, memandang Tiongkok sebagai ancaman. Vajiralongkorn pernah berkunjung ke Tiongkok sekali pada tahun 1987 sebagai putra mahkota, atas perintah ayahnya, yang tidak pernah berkunjung meskipun mendapat undangan dari Beijing.
Sejak masa pasca-Perang Dingin, hubungan kedua negara semakin erat, ditopang oleh hubungan perdagangan dan investasi yang mendalam.
Tiongkok kini menjadi sumber utama wisatawan bagi sektor pariwisata vital Thailand dan investor utama dalam industri seperti otomotif. Dari Tiongkok, Thailand membeli barang senilai US$80 miliar tahun lalu.
“Kunjungan ini memberi Tiongkok kesempatan tidak hanya untuk menegaskan kembali kedekatannya dengan Kerajaan (Thailand), tetapi juga untuk menunjukkan relevansi regionalnya yang berkelanjutan di saat pengaruh AS tampak memudar,” kata Juliette Loesch, seorang peneliti di Inalco yang berbasis di Paris.
“Ini terjadi hanya dua minggu setelah kunjungan singkat Donald Trump di KTT ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara), di mana satu-satunya hasil nyata dari kunjungannya adalah perannya dalam mengawasi penandatanganan deklarasi perdamaian yang berumur pendek antara Thailand dan Kamboja. Sebaliknya, Tiongkok mengumumkan pendalaman perjanjian perdagangan bebasnya dengan ASEAN.”
Dalam sebuah editorial, kantor berita resmi Tiongkok, Xinhua, menggambarkan perdagangan dan pertukaran historis dengan Thailand sejak ribuan tahun lalu sebagai dasar untuk membangun hubungan bilateral di masa depan.
“Sebelum masuknya penjajah Barat dalam skala besar, sebagian besar perdagangan luar negeri Thailand dijual ke Tiongkok,” tulis Xinhua pada hari Kamis, yang mencantumkan beras, rempah-rempah, dan bijih timah Thailand yang diperdagangkan untuk porselen, sutra, teh, dan peralatan besi Tiongkok.
Beberapa tahun sebelum hubungan diplomatik terjalin, Thailand juga telah mengirimkan pemain tenis meja untuk mengikuti kejuaraan di Tiongkok dan Beijing menyediakan minyak mentah yang lebih murah pada tahun 1974 untuk membantu Bangkok mengatasi kesulitan ekonomi, tulis Xinhua.
Sumber : CNA/SL