China-AS Harus Berkomunikasi Atas Beda Pendapat Signifikan

Menkeu AS Janet Yellen di Beijing
Menkeu AS Janet Yellen di Guan

Beijing | EGINDO.co – Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan bahwa pertemuan bilateral selama 10 jam dengan para pejabat senior Cina dalam beberapa hari terakhir ini bersifat “langsung” dan “produktif” serta membantu menstabilkan hubungan yang sering kali goyah seiring dengan berakhirnya lawatannya ke Beijing selama empat hari.

Yellen, yang meninggalkan Beijing pada hari Minggu, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa Amerika Serikat dan China memiliki perbedaan pendapat yang signifikan dan hal tersebut harus dikomunikasikan secara “jelas dan langsung”.

“AS dan China memiliki perbedaan pendapat yang signifikan,” kata Yellen kepada para wartawan di kedutaan besar AS di Beijing.

“Namun Presiden (Joe) Biden dan saya tidak melihat hubungan antara AS dan Cina dalam kerangka konflik kekuatan besar. Kami percaya bahwa dunia ini cukup besar bagi kedua negara kita untuk berkembang.”

Baca Juga :  Pertumbuhan AS 2022 Melambat Karena Khawatir Penurunan

Yellen mengatakan bahwa tujuan dari kunjungan ini adalah untuk membangun dan memperdalam hubungan dengan tim ekonomi baru RRT, mengurangi risiko kesalahpahaman dan membuka jalan untuk kerjasama di berbagai bidang seperti perubahan iklim dan masalah utang.

Ia menegaskan bahwa Washington tidak ingin memisahkan diri dari ekonomi Tiongkok, dan menambahkan bahwa hal itu akan menjadi “bencana bagi kedua negara dan mengganggu kestabilan dunia”.

Namun, ia mengatakan bahwa Amerika Serikat ingin melihat “ekonomi yang terbuka, bebas, dan adil”, bukan ekonomi yang memaksa negara-negara untuk memihak.

Kunjungan Yellen juga mencakup pembicaraan dengan para ahli keuangan iklim, ekonom wanita dan pejabat senior termasuk Perdana Menteri Li Qiang.

Baca Juga :  Minyak Naik Karena Pelonggaran Covid China, Dampak Badai AS

Dalam pertemuannya, ia mendesak lebih banyak kerja sama antara kedua belah pihak dalam isu-isu ekonomi dan iklim sembari mengkritik apa yang disebutnya sebagai “tindakan hukuman” terhadap perusahaan-perusahaan AS di Tiongkok.

Ia mengatakan bahwa ia menggunakan diskusi-diskusi tersebut untuk menyampaikan “keprihatinan serius” mengenai apa yang disebutnya sebagai “praktik ekonomi yang tidak adil” yang dilakukan Tiongkok dan peningkatan tindakan-tindakan pemaksaan terhadap perusahaan-perusahaan AS.

“Persaingan ekonomi yang sehat hanya akan berkelanjutan jika menguntungkan kedua belah pihak,” katanya.

Yellen juga mendiskusikan perang Rusia di Ukraina dengan lawan bicaranya dari Tiongkok, dan mengatakan bahwa “penting” bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk menghindari memberikan dukungan material kepada Rusia dalam perang tersebut, atau dalam menghindari sanksi-sanksi.

Kedua belah pihak telah meremehkan ekspektasi akan adanya terobosan selama pembicaraan sambil memuji kesempatan diplomasi tatap muka.

Baca Juga :  Imbal Hasil Obligasi Tinggi Sinyal Pemulihan, Bukan Inflasi

Perjalanan Yellen mengikuti perjalanan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke Beijing bulan lalu, kunjungan pertama oleh diplomat tertinggi AS di bawah kepresidenan Biden, sementara utusan iklim John Kerry diperkirakan akan mengunjungi China bulan ini.

Dorongan diplomatik AS ini muncul menjelang kemungkinan pertemuan antara Presiden Biden dan Xi segera setelah pertemuan Kelompok 20 di New Delhi pada bulan September atau pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik yang dijadwalkan pada bulan November di San Francisco.

“Tidak ada satu kunjungan pun yang akan menyelesaikan tantangan-tantangan kita dalam semalam. Namun saya berharap bahwa perjalanan ini akan membantu membangun sebuah saluran komunikasi yang tangguh dan produktif,” ujar Yellen.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top