Business Development PANS Cabang Medan, Darmin, SE, MBA: September Saham Sektor Perbankan, CPO dan Gold Peluang Cuan

Darmin, S.E., MBA
Darmin, S.E., MBA

Medan | EGINDO.com – Portofolio bulanan saham rekomendasi  PT Panin Sekuritas (PANS) kembali mampu mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berikan keuntungan  +9,8% dari bulan sebelumnya, di Agustus 2025 dimana IHSG hanya +4,6% secara bulanan. Hal ini didorong oleh saham NCKL karena laporan keuangan positif serta TOBA karena potensi spill-over dana anggaran Danantara untuk proyek waste to energy. Begitu pula secara geometric sejak awal tahun, performa saham rekomendasi PANS juga mampu mengalahkan IHSG dengan keuntungan +31,5% sedangkan IHSG hanya naik +11%.

“Untuk periode September 2025, PANS merekomendasikan saham BBCA, ANTM, MDKA, PANI, BRMS, ASII dan SSMS,” ungkap Business Development PANS Cabang Medan, Darmin, S.E., MBA belum lama ini.

Menurut Darmin, langkah The Fed menurunkan suku bunga berdampak positif kinerja saham teknologi, dan arus dana ke saham AI, meski valuasi jadi sorotan karena forward P/E S&P 500 tembus 21x menjadi tertinggi sejak era dot-com. Ekonomi Amerika Serikat tumbuh 3,3% di Kuartal ke-2 tahun 2025 bila dibandingkan pada Kuartal pertama tahun 2025 sebesar -0,5%. Peningkatakan ini ditopang konsumsi dan anjloknya impor, meski investasi dan ekspor mulai melambat. “Pasar kini menilai 87% peluang The Fed memangkas suku bunga 25 bps pada September 2025 mendatang,” ungkapnya.

Sementara Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan BI Rate sebesar 25 bps ke level 5,0% pada Agustus 2025, yang merupakan posisi terendah sejak Oktober 2022 sekaligus pemangkasan kelima sejak September tahun lalu. “Ini cukup mengejutkan sebab pasar yang sebelumnya memperkirakan suku bunga akan tetap ditahan ternyata tidak,” katanya.

Keputusan ini jelas Darmin didorong oleh inflasi yang masih dalam target pada Juli sebesar 2,37%. Stabilitas nilai tukar rupiah, serta kebutuhan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan BI berada di kisaran 4,6 sampai 5,4% dengan titik tengah sekitar 5,1%. “Langkah ini sekaligus mencerminkan fokus BI dalam mendukung likuiditas dan sektor riil,” ungkapnya.

Meski tren inflasi yang mulai naik kata Darmin tetap menjadi tantangan ke depan. Dari sisi pasar keuangan, Rupiah relatif stabil di kisaran Rp16.200 sampai 16.400/Dollar Amerika Serikat berkat kombinasi arus masuk portofolio pasca penurunan suku bunga dan ekspektasi pemangkasan Fed rate pada September 2025. Penguatan dolar Amerika Serikat global masih berpotensi menekan, tapi yield SUN 10 tahun terkoreksi ke 6,35 sampai 6,45%, level terendah sejak awal 2023, seiring penurunan suku bunga domestik, inflasi yang terkendali, dan sentimen positif di emerging markets termasuk Indonesia.

Bila melihat IHSG pada Agustus 2025 masih menguat sebesar +4,6% secara bulanan. Ini disebabkan tensi dagang yang turun, ekspektasi likuiditas yang meningkat seiring ruang pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan September 2025, serta ekspektasi laba bersih emiten besar yang membaik kedepannya.

Sektor yang positif di bulan ini adalah industri (IDXINDUS) sebesar +24% MoM. Ini didorong oleh saham ASII dan UNTR. Selain itu saham properti (IDXPROP) juga naik signifikan seiring dengan antisipasi potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed didorong oleh penguatan saham Pantai Indah Kapuk (PANI) pasca rencana private placement. “Namun patut dicermati, sektor saham Konsumen non Cyclicals terkoreksi -0,2% data bulanan, seiring dengan masih tingginya harga bahan baku seperti kopi, coklat dan CPO,” ingatnya.

Untuk September 2025, katanya PANS merekomendasikan sektor Perbankan karena antisipasi likuiditas yang membaik di Kuartal ke-4 tahun 2025 didorong kebijakan moneter yang lebih longgar, akselerasi belanja pemerintah serta terbatasnya penerbitan SRBI. Sektor CPO mengingat harga yang masih tinggi, sentimen positif kesepakatan dagang IEU-CEPA. Gold karena tren positif pembelian emas oleh bank sentral di beberapa negara.

Sektor yang masih akan tertekan adalah non-yclical consumer sebab daya beli yang masih lemah serta masih meningkatnya harga soft commodities. Batubara karena lemahnya tren impor batubara dari China.

Menurutnya ketidakpastian masih akan tinggi pada September 2025. Hal ini disebabkan oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan bahwa kebijakan tarif Trump adalah illegal. Tensi yang memburuk antara Amerika Serikat dengan India. Ketidakpastian politik dalam negeri seiring dengan demonstrasi yang dilakukan pada beberapa titik.@

Rel/timEGINDO.com

Scroll to Top