Budaya Balimau Jelang Ramadhan Di Tapanuli Tengah

Fadmin Malau
Fadmin Malau

Oleh: Fadmin Malau

TRADISI yang membudaya pada masyarakat Tapanuli Tengah menjelang sehari sebelum bulan Puasa Ramadan menyambutnya dengan mandi Balimau atau (Bahasa Pesisir: Balimo). Tradisi membudaya secara turun temurun ini memang dalam ajaran agama Islam tidak ada ditemukan. Murni budaya yang berkembang dalam masyarakat Tapanuli Tengah yang diduga kuat pengaruh ajaran Hindu yang mana umat Hindu mensucikan diri di Sungai Gangga, India untuk memuja dewa Surya. Namun, niat dan aktivitas yang dilakukan masyarakat Tapanuli Tengah tidak sama dengan yang dilakukan umat Hindu di India.

Budaya Balimau memiliki sentuhan ke-Islam-an yakni bersilaturahmi dan saling memaafkan menjelang melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Tradisi budaya Balimau memiliki makna lahiriah maupun bathiniah. Tradisi balimau dikaji dari perspektif agama dan budaya.

Perspektif agama, tradisi Balimau mengingatkan manusia kepada kehidupan yang hakiki (sebenarnya) yakni kematian. Dalam ajaran agama Islam setiap orang Islam yang meninggal dunia, sebelum jasadnya dikubur harus dimandikan dahulu.

Sedangkan dari perspektif budaya, tradisi mandi Balimau pada dasarnya kegiatan penyucian dalam segala bentuk, yakni penyucian bathiniah dengan cara mengunjungi sanak keluarga, meminta maaf dan saling mengikat kembali silaturahmi satu sama lainnya. Kemudian penyucian lahiriah atau fisik dengan melakukan mandi Balimau atau mandi dengan menggunakan limau.

Baca Juga :  Duterte Berpikir Serius Tentang Pemilihan Wakil Presiden

Bila dikaji lebih dalam mandi Balimau lebih kepada perspektif budaya karena merupakan tradisi yang turun temurun dilakukan masyarakat Tapanuli Tengah. Benar apa yang ditulis Ris Pasha pada Minggu Analisa, 30 Juni 2013 di halaman Seni berjudul, ”Mandi Balimau Jelang Ramadan” bahwa mandi Balimau tidak hilang oleh kemajuan zaman.

Ris Pasha dalam tulisannya menilai walau kini teknologi sudah canggih dan sudah bisa meminta maaf melalui handphone (HP) juga SMS. Namun, akan terasa lebih afdol bila bertemu langsung dan saling berjabat tangan saat menjelang bulan puasa Ramadan. Walaupun berbagai jenis shampo sudah tersedia dan harga juga terjangkau membuat rambut juga bersih kemilau seperti yang selalu dijual dalam iklannya. Namun, ternyata aroma ramuan yang khas, terasa ritual balimo itu lebih indah dan lebih semerbak. Hanya sekali dalam setahun, balimo menikmati aroma yang khas itu.

Baca Juga :  Pengamat: Mobil Damkar Lewat, Harap Minggir

Budaya mandi Balimau mengalahkan budaya modren yang kini menjamur di Indonesia, terutama bagi masyarakat urban (perkotaan). Ternyata kebiasaan memanjakan diri dengan Spa, lulur untuk mengharumkan tubuh yang banyak terdapat di kota besar di Indonesia ketika tradisi budaya Balimau tiba kehadiran Spa, lulur dan sejenisnya tidak menjadi hitungan dan tidak menghilangkan budaya leluhur yang ada.

Masyarakat yang melaksanakan tradisi budaya mandi Balimau itu pasti mengetahui adanya Spa, lulur dan sejenisnya atau yang tujuannya untuk membersihkan diri, hampir semua masyarakat yang melaksanakan tradisi budaya mandi Balimau itu mengetahuinya dan hampir semuanya memiliki uang untuk melakukan aktivitas Spa, lulur dan sejenisnya. Namun, sudah pasti tidak sama dengan tradisi budaya mandi Balimau.

Tradisi budaya mandi Balimau sudah ada ratusan tahun lalu yang memiliki nilai sakral dan nilai-nilai luhur yang harus dilakukan. Bahan mandi Balimau yakni ramuan yang terdiri dari rebusan limau purut atau limau nipis, daun pandan, mayang pinang muda, akar wangi, bunga bungaan dan sebagainya yang bisa membuat tubuh wangi dalam waktu lama.

Baca Juga :  Tari Adat Galombang Dua Baleh, Warisan Budaya Kerajaan Barus

Semua ramuan itu ditumbuk dalam lesung lalu airnya diperas tanpa mempergunakan bahan kimia buatan dan teknologi pabrik tapi menghasilkan aroma yang sangat khas, alami dan sangat menyejukkan secara lahiriah dan ditambah bathiniah dengan melakukan kunjungan mengantarkan limau berserta kue-kue dengan makanan lainnya ke rumah keluarga, orang tua dan sanak famili lainnya sebagai pembuka acara silaturahmi saling memaafkan sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadan.

Tepat apa yang ditulis Ris Pasha, alat komunikasi canggih, handphone yang dengan mudah dapat berkomunikasi kapan saja dan dimana saja tidak menjadi ukuran. Budaya mandi Balimau mengalahkan budaya modren. Makna silaturahmi dan saling memaafkan, meningkatkan ukhuwah sesama manusia tanpa membedakan suku. Nilai-nilai kebersamaan sebagai budaya luhur bangsa Indonesia ada dalam tradisi budaya mandi Balimau.

***

Bagikan :
Scroll to Top