Jakarta | EGINDO.com – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memastikan masih sanggup melakukan pembayaran klaim Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hingga tahun 2025. Hal itu dikatakan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti di Gedung DPR, kemarin.
Pernyataan itu disampaikan sehubungan dengan ada potensi desifit keuangan sampai dengan Rp 20 triliun di tahun 2024 akan tetapi BPJS Kesehatan masih memiliki aset netto sebesar Rp 51 triliun untuk membayar klaim premi hingga tahun 2025. Katanya aset netto masih sehat, dan masih bisa lancar membayar tagihan rumah sakit.
Menurutnya BPJS Kesehatan bersama dengan pemerintah masih mencari solusi terkait melebarnya defisit keuangan tersebut. Ada beberapa skenario yang disiapkan yakni kenaikan tarif iuran bagi peserta BPJS Kesehatan. Lalu, cost sharing, yakni pasien yang datang berobat ke rumah sakit akan membayar sedikit lebih besar dengan perhitungan tertentu. Kata Ghufron skema cost sharing sudah dilakukan pada beberapa Negara dan bisa menjadi solusi jika pada tahun depan pemerintah memutuskan tidak ada kenaikan iuran BPJS Kesehatan.
Dalam solusi cost sharing, para lansia yang ke rumah sakit diminta untuk membayar sedikit, misalkan Rp 15.000 atau Rp 20.000. Kata Ghufron, hal tersebut akan membuat mereka berpikir kembali dan membatasi diri dalam penggunaan BPJS. Jadi tujuannya dua, satu mengurangi utilisasi dan kedua ngumpulin duit. Diakuinya peningkatan utilasi memang menjadi faktor utama pembengkakan biaya klaim yang ditanggung BPJS Kesehatan. Disebutnya pada tahun 2014 beban yang ditanggung BPJS hanya mencapai 252.000 klaim setiap harinya sedangkan pada tahun 2024 meningkat hingga mencapai 1,7 juta klaim per hari.@
Bs/timEGINDO.com