Bostic: The Fed Kemungkinan Hanya Pangkas Suku Bunga Sekali di 2025

Logo US Federal Reserve Board of Governors di Gedung Federal Reserve (The Fed), Washington DC, Amerika Serikat.
Logo US Federal Reserve Board of Governors di Gedung Federal Reserve (The Fed), Washington DC, Amerika Serikat.

Jakarta|EGINDO.co Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) kemungkinan hanya akan melakukan satu kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini. Hal ini disebabkan oleh dampak kenaikan tarif yang menghambat kemajuan dalam menurunkan inflasi.

“Saya memperkirakan pemangkasan hanya terjadi satu kali, terutama karena inflasi masih sangat tidak stabil dan belum menunjukkan penurunan yang jelas menuju target 2%. Karena inflasi masih tertahan, maka kebijakan moneter juga perlu ditunda,” ujar Bostic, dikutip dari Bloomberg, Selasa (25/3/2025).

Bostic kini memprediksi inflasi akan mencapai target 2% pada awal tahun 2027, sejalan dengan perkiraan para pejabat The Fed yang dipublikasikan dalam pertemuan kebijakan pekan lalu. Sebelumnya, pada September 2024, The Fed memperkirakan target tersebut akan tercapai pada 2026.

Proyeksi terbaru menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan masih mempertahankan rencana pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada tahun ini, sama seperti perkiraan Desember 2024. Namun, semakin banyak pejabat The Fed yang memperkirakan hanya akan ada satu kali pemotongan atau bahkan tidak ada pemotongan sama sekali.

Ketidakpastian Kebijakan dan Dampaknya

Bostic menekankan bahwa ketidakpastian akibat perubahan kebijakan Presiden Donald Trump semakin menyulitkan proyeksi ekonomi. Ia memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS tahun ini akan mencapai 1,8%, lebih rendah dibandingkan proyeksi Desember 2024 sebesar 2,1%. Sementara itu, tingkat pengangguran diperkirakan berada di kisaran 4,2%-4,3%, yang menurutnya masih cukup kuat dalam konteks historis.

Baca Juga :  Sinar Mas Land dan Wellington College Independent School Hadirkan British Heritage School

Menurut Bostic, kenaikan tarif yang diberlakukan berpotensi meningkatkan inflasi, sementara penurunan kepercayaan konsumen atau peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat berdampak negatif pada pasar tenaga kerja. Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya akan menunggu hingga kebijakan yang diterapkan benar-benar memiliki dampak nyata sebelum menyesuaikan proyeksi ekonomi lebih lanjut.

“Dengan perubahan kebijakan yang terjadi begitu cepat dari minggu ke minggu, sangat sulit bagi saya untuk menarik kesimpulan yang pasti sebelum kita benar-benar melihat dampaknya secara konkret,” kata Bostic.

Pandangan Berbeda di Internal The Fed

Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pernyataannya pekan lalu menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru dalam menyesuaikan suku bunga. Ia menilai ekonomi AS tetap kuat meskipun kepercayaan konsumen sedang melemah. Powell juga memperkirakan dampak inflasi dari kebijakan tarif bersifat sementara, yang berarti para pejabat masih dapat menunggu hingga pasar tenaga kerja melemah sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga.

Baca Juga :  Mantan Sekjen PSSI Nugraha Besoes Meninggal Dunia

Namun, pernyataan Powell yang menggunakan istilah “sementara” dalam menggambarkan dampak inflasi akibat tarif mengejutkan sejumlah pengamat. Pasalnya, istilah serupa pernah digunakan oleh The Fed pada 2021 untuk menggambarkan dampak pandemi terhadap harga, yang pada akhirnya terbukti keliru.

Bostic enggan menggunakan istilah tersebut. “Saya tidak akan menyebutnya demikian,” tegasnya. Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa lonjakan harga yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir membuat konsumen lebih sensitif terhadap kenaikan harga, sehingga dampak tarif mungkin lebih bertahan lama dibandingkan periode sebelumnya.

“Saya lebih memilih untuk mempertahankan suku bunga saat ini, meskipun hal itu berarti The Fed mungkin harus mengambil langkah yang lebih tegas di kemudian hari. Dalam kondisi ketidakpastian seperti sekarang, lebih baik berhati-hati daripada mengambil keputusan yang keliru dan harus melakukan koreksi di kemudian hari,” jelas Bostic.

Ancaman terhadap Independensi The Fed

Dalam pertemuan pekan lalu, para pejabat The Fed juga mengumumkan rencana untuk memperlambat laju penyusutan neraca bank sentral dengan mengurangi jumlah obligasi pemerintah yang jatuh tempo. Namun, Bostic lebih memilih mempertahankan laju saat ini hingga tiba waktunya untuk menghentikan program tersebut sepenuhnya. Ia juga mempertimbangkan kemungkinan penjualan langsung sekuritas berbasis hipotek yang dimiliki The Fed, asalkan tidak mengganggu pasar hipotek dan keuangan secara keseluruhan.

Baca Juga :  Kecelakaan Lalin Tol Medan-Tebing Tinggi, 4 Orang Meninggal

Bostic juga menyampaikan kekhawatirannya terkait potensi ancaman terhadap independensi The Fed. Menurutnya, jika pengadilan AS membuka jalan bagi presiden untuk memecat gubernur The Fed, maka kebijakan moneter akan menghadapi tekanan politik yang lebih besar.

Pemecatan dua komisaris dari Komisi Perdagangan Federal oleh pemerintahan Trump baru-baru ini dipandang sebagai tantangan terhadap keputusan Mahkamah Agung AS tahun 1935 yang menjadi dasar bagi independensi lembaga-lembaga pemerintahan, termasuk The Fed.

“Hal ini akan membuat pekerjaan kami menjadi lebih sulit, karena tekanan politik akan semakin intens di setiap periode waktu. Bukan berarti tidak mungkin dijalankan, tetapi akan jauh lebih menantang,” ujar Bostic.

Dengan berbagai faktor ketidakpastian yang ada, arah kebijakan The Fed dalam beberapa bulan mendatang akan sangat bergantung pada perkembangan inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Bagikan :
Scroll to Top