Tokyo | EGINDO.co – Bank Sentral Jepang (BOJ) sebaiknya menghindari kenaikan suku bunga pada bulan Desember dan menunggu setidaknya hingga Januari tahun depan untuk menopang perekonomian yang rapuh, ujar Takuji Aida, ekonom yang terpilih untuk bergabung dengan panel penting pemerintah, kepada surat kabar Nikkei.
Pemerintah harus meredam dampak kenaikan biaya hidup rumah tangga akibat pengeluaran besar hingga pendapatan riil mereka positif, ujar Aida, kepala ekonom Jepang di Credit Agricole, kepada Nikkei dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan pada hari Senin.
“Akan cukup berisiko bagi BOJ untuk menaikkan suku bunga pada bulan Desember,” karena perekonomian Jepang kemungkinan mengalami kontraksi pada kuartal ketiga, kata Aida, yang terpilih untuk bergabung dengan panel utama Perdana Menteri Sanae Takaichi guna membahas strategi pertumbuhan pemerintahannya.
Menaikkan suku bunga pada bulan Desember juga akan bertentangan dengan upaya pemerintah untuk menstimulasi perekonomian dengan pengeluaran besar-besaran, kata Aida, yang secara luas dianggap sebagai salah satu penasihat terdekat Takaichi dalam kebijakan ekonomi.
Akan lebih memungkinkan bagi BOJ untuk menaikkan suku bunga pada bulan Januari, jika dapat memperkirakan ekonomi mencapai pertumbuhan yang solid pada tahun fiskal 2026, kata Aida.
BOJ mengakhiri program stimulus besar-besaran selama satu dekade tahun lalu dan menaikkan suku bunga menjadi 0,5 persen pada bulan Januari. Suku bunga tetap stabil sejak saat itu. Banyak analis memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga menjadi 0,75 persen bulan depan atau Januari tahun depan.
Seiring dorongan pertumbuhan dari belanja fiskal akan terwujud pada tahun 2027, BOJ pada akhirnya dapat melihat ruang untuk menaikkan suku bunga dengan kecepatan sekali setiap kuartal agar suku bunga acuannya mencapai 2 persen pada tahun 2028, kata Aida.
Sumber : CNA/SL