BMKG: Peringatan Bencana 2 Menit Lebih Cepat dengan Sistem SMONG di Gedung Ina-MHEWS

Sosialisasi mitigasi bencana UPER bersama BMKG
Sosialisasi mitigasi bencana Universitas Pertamina (UPER) bersama BMKG

Jakarta | EGINDO.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan mempersingkat penyebaran peringatan bencana dengan sistem berteknologi khusus yang dihadirkan di Gedung Indonesia Multi Hazard Early Warning System (Ina-MHEWS). Dengan sistem yang diberi nama SMONG (Supercomputer for Multi-hazards Operations and Numerical Modelling).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan gedung yang baru diresmikan pada Senin (21/7/2025) menjadi pusat komando baru untuk memberikan peringatan dini bagi berbagai jenis bencana. “Jadi sebelumnya, saat kejadian gempa di Palu, kemudian di Lombok, itu jeda waktu antara kejadian gempa dengan peringatan ada 5 menit. Dengan adanya fasilitas baru ini, jedanya kita pangkas jadi 2 hingga 3 menit,” papar Dwikorita saat peresmian gedung di Jakarta, Senin (21/7/2025).

Katanya Sistem SMONG dalam gedung dirancang untuk mendukung pemodelan bencana tsunami, gempa bumi, cuaca, iklim, hingga suhu. Keunggulan lain gedung adalah keberadaan Base Isolator Tipe Friction Pendulum, teknologi yang memungkinkan gedung tahan terhadap gempa bumi untuk periode gempa hingga 2.500 tahun. Dengan teknologi itu, penghuni gedung, alias pekerja-pekerja BMKG, tidak perlu segera mengevakuasi diri ketika terjadi gempa. Dus, pengoperasian sistem SMONG nantinya dapat tetap berjalan meski gempa masih berlangsung. Untuk saat ini, Dwikorita menyebut SMONG baru beroperasi sebagian, yakni untuk prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem. Prakiraan cuaca dengan teknologi ini pun disebut lebih canggih, termasuk kemampuan untuk mendeteksi cuaca laut dan daya prediksinya mencapai 10 hari.

Gedung Ina-MHEWS BMKG di Jakarta merupakan gedung kedua, sementara fasilitas serupa telah lebih dulu diresmikan di Bali. Nah, keduanya digarap oleh PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. (WEGE) sebagai kontraktor utama.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Operasi I WEGE Bagus Tri Setyana membeberkan bahwa proyek ini diraih dengan dengan nilai kontrak sebesar Rp 207,9 miliar dan adendum terakhir mencapai Rp 252,7 miliar. “Dari total nilai itu, sekitar 60% untuk di Jakarta dan 40% di Bali,” kata Bagus.@

Bs/timEGINDO.com

Scroll to Top